Kudus - Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) wilyah 7 merespon keluhan masyarakat tentang kerusakan jalan Kudus-Pati selama musim penghujan. Meski demikian, untuk saat BPJN wilayah 7 hanya bisa melakukan tambal sulam karena minimnya anggaran.
Pejabat Pembuat Kebijakan (PPK) BPJN wilayah 7, Suranto mengatakan lubang jalan menganga dengan ukuran dan diameter yang bervariasi yang muncul di jalan Kudus-Pati sebenarnya telah ditambali pihak sejak Januari lalu.
Ini anggaran untuk perawatan saja. Kalau anggarannya perbaikan jalan, beda lagi.
"Kemarin ada aduan banyak muncul lubang lagi. Jadi kami lakukan penambalan kembali pada akhir Febuari lalu," katanya saat dikonfirmasi media ini via sambungan telepon, Senin, 2 Maret 2020.
Dari Suranto diketahui, tahun ini BPJN wilayah 7 mendapat alokasi anggaran perawatan jalan Kudus-Rembang sebesar Rp 8 miliar. Anggaran itu nantinya akan digunakan untuk upaya perawatan jalan sepanjang 118 kilometer itu dalam kurun waktu satu tahun.
"Ini anggaran untuk perawatan saja. Kalau anggarannya perbaikan jalan, beda lagi," ucapnya.
Untuk besaran perbaikan jalan tahun ini, dirinya mengaku belum mengetahui. Pasalnya, rencana perbaikan 24 titik jalan Kudus-Rembang tahun ini masih dalam tahap pengajuan ke BPJN Pusat.
"Tinggal nanti yang disetujui oleh pusat berapa," tuturnya.
Minimnya anggaran perbaikan dan luasnya cakupan jalan yang dikelola BPJN wilayah 7 membuat upaya perbaikan jalan hanya bisa dilakukan per spot dan tidak bisa menyeluruh. Meski begitu, pihaknya tetap mengupayakan agar jalan yang ada bisa dilalui dengan aman dan nyaman.
Selain itu, ia menilai ,unculnya kembali lubang-lubang di jalan Kudus-Pati selama musim hujan dinilainya sebagai hal yang wajar. Mengingat, intensitas curah hujan menjadi salah satu faktor pemicu kerusakan jalan. Selain itu faktor over tonase dari kendaraan yang lalu lalang dan kondisi konstruksi jalan itu sendiri.
Dari sekian banyak faktor pemicu kerusakan jalan, Suranto menyebut over tonase menjadi faktor utama penyebab kerusakan di jalur pantura. Minimnya kesadaran para pengguna kendaraan roda enam untuk tertib tonase, diklaimnya sebagai penyebab perbaikan jalan di jalur pantura sebatas tambal sulam.
"Jalan yang rusak kita perbaiki. Kalau tidak diimbangi dengan kesadaran mereka dalam tertib tonase. Nanti juga akan rusak lagi," kata dia.
Dia menegaskan, perawatan jalan seharusnya membutuhkan kesadaran dan peran dari berbagai pihak. Bukan hanya dari bidang Bina Marga saja, tetapi oleh Dinas Perhubungan dan para pengguna jalan juga.
"Infonya kini dari Dinas Perhubungan sudah mulai memberikan sanksi bagi kendaraan roda enam yang over tonase. Ini jadi angin segar bagi kami. Semoga bisa terealisasi dengan baik," ucapnya.
Selain faktor over tonase, faktor usia konstruksi jalan Kudus-Pati yang lebih dari 10 tahun juga menjadi penyebab kekerasan aspal di jalan tersebut mengalami penurunan hingga menimbulkan kerusakan jalan. []
(Nila Niswatul Chusna)