Misteri Pantai Marina Bantaeng

Siang itu di Pantai Marina Bantaeng, Sulawesi Selatan, pasir menari-nari tertiup angin, terbang sebutir demi sebutir, menerpa apa saja.
Dua perempuan berjalan di pesisir Pantai Marina, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Kamis, 5 Maret 2020. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Bantaeng Suara ombak lantang bergemuruh, angin kencang mengempas. Cukup kencang sehingga tak banyak pengunjung Pantai Marina yang berani berdiri di tempat terbuka pada Kamis, 5 Maret 2020. 

Pantai di ujung timur Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, ini kerap dijadikan destinasi wisata akhir pekan. Baik bagi masyarakat Bantaeng sendiri, maupun pengunjung dari luar daerah. Tak jarang, lokasi pantai yang berada tak jauh dari poros jalan penghubung antarkota menjadi tempat persinggahan bagi mereka yang melintas.

Awan gelap bergelayut di siang hari. Menggantung di atas lautan, Pantai Marina yang warnanya bergradasi cokelat, hijau, dan membiru di kejauhan sana. Beberapa perahu nelayan tertambat, kapal-kapal barang dan penumpang juga terlihat dari tepian. Mereka terombang-ambing dimainkan gelombang pasang. Cukup mengerikan bagi sebagian orang, khususnya yang phobia dengan lautan. Penampakannya indah namun penuh misteri.

Suka main di sini, karena cantik dan ada kelinci.

Pantai Marina BantaengTaman bermain rumah kurcaci Hobbitton di Pantai Marina, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Kamis, 5 Maret 2020. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Di tepian pantai, pasir menari-nari tertiup angin, terbang sebutir demi sebutir, berputar membentuk pusaran angin kemudian menampar apa saja yang menghalaunya. Jatuh di pepohonan kelapa, pada gazebo yang berderet, pada kendaraan-kendaraan yang terparkir, pada wajah-wajah pengunjung yang telapak tangannya terus menghalau datangnya terjangan hujan pasir yang terbawa angin. Namun sia-sia, angin pantai Marina dengan tega mengibaskan apa saja yang dikenainya, kepada siapa saja yang dijangkaunya.

Dalam dunia perfilman, suasana seperti ini di kisah-kisah yang mengandung mistis atau cerita horor, biasanya adalah situasi di mana penunggu laut sedang marah. Amarah yang tergambarkan lewat perubahan cuaca yang secara tiba-tiba. Tak jauh beda dengan kondisi Pantai Marina siang itu. Ombak pasang bergulung, diselimuti langit mendung, angin ribut dan kencang menggoyang pepohonan, serta sepinya suasana karena pengunjung dirundung rasa takut dan kepanikan.

Dua orang ibu paruh baya berjalan beriringan. Yang satu berkerudung hijau, satunya lagi berkerudung oranye. Di salah satu gazebo, mereka berdua berhenti memandang laut dari tepi ke tepi. Sebut saja namanya Rukaya dan Mirna. Mereka penduduk setempat. Rumahnya tidak jauh dari poros jalan di sisi kanan yang bersebelahan dengan Pantai Marina. Dahi Mirna agak mengkerut, sedangkan Rukaya ekspresinya datar cukup sulit menerkanya apa ia tenang atau tegang.

"Barusan lagi begini, kemarin-kemarin tidak," kata Mirna. 

Pantai Marina BantaengBaruga Temanta, panggung ekspresi anak-anak di Pantai Marina, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Kamis, 5 Maret 2020. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Mirna berjalan beberapa langkah menuju lepas pantai, ekspresinya seperti menangkap gurat aneh dari perubahan cuaca ekstrem hari itu. Katanya, cuaca pada hari itu benar-benar tidak seperti hari-hari lain. Belakangan tak ada hal yang mencolok di sana. Rukaya menyusul langkah Mirna.

Keduanya berjalan dari gazebo menuju bibir pantai, menjejakkan kaki di atas hamparan pasir halus. Mereka berbicara seperti berbisik, tak ingin didengar orang lain. 

Kejadian Empat Tahun Silam

Situasi siang itu membawa ingatan pada cerita kelam masa lalu, Satu di antaranya insiden terjadi pada Sabtu siang, 9 Juli 2016. Gelombang laut yang besar tak menyurutkan niat penikmat pantai untuk turun bergulat dengan air. Waktu itu, empat pelajar sedang libur panjang usai lebaran, berkunjung untuk berwisata ke Pantai Marina. Namun sayang, malapetaka datang, membuat liburan mereka berujung duka.

Pantai Marina BantaengTempat bermain di Pantai Marina, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Kamis, 5 Maret 2020. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Empat pelajar di salah satu sekolah di Kabupaten Gowa itu tergulung ombak besar, terseret hingga ke lautan lepas. Segera nelayan yang hendak melaut berlarian, mengabarkan tragedi itu kepada pihak berwenang. Tak lama Tim Search and Rescue gabungan bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah Bantaeng datang ke lokasi. Beruntung, tiga pelajar segera ditemukan dalam keadaan selamat. Namun nahas bagi seorang rekannya.

Para perenang andal diturunkan ke laut hingga sore, namun tak ditemukan tanda keberadaan seorang pelajar tersebut. Peristiwa itu memantik para tetua di sekitar Pantai Marina untuk turun tangan mencari korban. Mereka meminta syarat, yaitu mengorbankan seekor kambing untuk lautan.

Semua pihak menyetujui syarat itu. Seekor kambing dikorbankan. Tepat pada saat prosesi pemotongan kambing, riuh kabar datang dari laut. Si korban ditemukan, tapi hanya berupa jasad. Tangis pecah. Cuaca ekstrem perlahan membaik. Angin menjadi tenang, begitupun ombak. Seperti tak terjadi apa pun. Seolah amarah mereda dengan sendirinya. Sebuah fenomena yang tidak bisa dicerna nalar. Sampai sekarang cerita itu masih diperdengarkan orang-orang, seperti sebuah petuah yang diulang-ulang.

Seperti hari itu, Rukaya dan Mirna kembali mendiskusikan kejadian empat tahun silam. Sepertinya mereka turut jadi saksi kejadian.

Pantai Marina BantaengSofia, anak taman kanak-kanak, di Pantai Marina, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, Kamis, 5 Maret 2020. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Wisata Edukasi Marina Terpadu

Sekalipun cerita penuh misteri menjadi kawan berwisata, namun pesona Pantai Marina kini semakin bertambah setelah mendapat campur tangan pemerintah. Adalah Temanta, akronim dari Wisata Edukasi Marina Terpadu. Sebuah taman bermain dengan nuansa rumah kurcaci atau Hobbitton yang diresmikan pemerintah pada 26 Oktober 2019.

Temanta menyajikan beberapa spot wisata. Yaitu wisata sejarah, pengenalan satwa kelinci dan ikan, praktik bercocok tanam, simulasi pemadaman api, olahraga panahan, pengenalan rambu-rambu lalu lintas kepada anak-anak dan pengunjung pada umumnya, praktik cuci tangan serta tersedia permainan tradisional.

Seorang anak taman kanak-kanak berwajah imut, Sofia namanya. Hari itu datang bersama rombongan teman sekolah, guru, dan didampingi orang tua. Sofia mengatakan senang bermain di sana. Ia datang untuk pemotretan untuk sebuah lomba yang diikutinya. 

"Suka main di sini, karena cantik dan ada kelinci," kata Sofia.

Kawasan wisata Pantai Marina terbilang cukup luas. Bukan hanya ada pantai saja, selain taman Temanta yang merupakan spot yang edukatif, ada juga taman bermain berisi beraneka ragam fasilitas untuk menghibur. Mulai dari ayunan sampai perosotan dicat warna-warni ada tak jauh dari taman Temanta.

Juga ada spot kuliner berderet di lokasi paling ujung kawasan wisata Pantai Marina. Di sini kita bisa mencicipi berbagai macam kelezatan kuliner lokal dan Nusantara.

Bagi yang datang dari jauh, jangan khawatir, karena terdapat Marina Beach Hotel di kawasan pantai juga. Juga ada cottage. Tinggal dipilih mau menginap di mana. []

Baca cerita lain:

Berita terkait
Kota Gaib dan Sosok Penyebab Kecelakaan di Bantaeng
Sosok gaib berbahaya di daerah rawan kecelakaan di Bantaeng itu berwujud seekor kerbau besar, sering menampakkan diri berbaring di tengah jalan
Ka'do Minyak, Bupati Bantaeng dan Maulid Nabi
Kado minyak, kuliner wajib dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Bantaeng, Sulawesi Selatan. Juga ada telur rebus merah disebut telur maulid.
Luka Dalam Teramat Dalam di Singkil Aceh
Usai salat, pria itu menangis dan tertawa, kadang tersenyum lebar tiba-tiba meneteskan air mata. Luka dalam seorang pria di Singkil Aceh.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.