Jakarta, (Tagar 10/4/2019) - Bagaimana nasib pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga menurut ahli fengshui?
Masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden memiliki pandangan atau pendapat yang saling bertolak belakang
Master Fengshui Indonesia Yohan Suyangga menilai kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden Indonesia punya chemistry unik.
"Dua-duanya (paslon) punya shio yang ciong, ciong besar. Jadi, dua-duanya punya selisih paham yang mungkin nanti harus saling mengerti satu sama lain," ujar Yohan, mengutip Kantor Berita Antara di Jakarta, Selasa (9/4).
Menurut Yohan, Jokowi-Ma'ruf Amin maupun Prabowo-Sandiaga Uno punya shio yang ciong (peruntungan yang tidak bagus menurut perhitungan fengshui).
Baca juga: Jokowi-Ma'ruf Amin, Kemenangan di Depan Mata
Jokowi lahir pada 21 Juni 1961 dan menempatkannya di bawah naungan shio sapi. Pasangannya, Ma'ruf Amin lahir pada 11 Maret 1943 berada di bawah naungan shio kambing.
Sementara, Prabowo Subianto lahir pada 17 Oktober 1951 memiliki shio kelinci. Sedangkan pasangannya, Sandiaga Uno lahir pada 28 Juni 1969 berada di bawah naungan shio ayam.
"Pak Jokowi shio sapi dan Pak Ma'ruf shio kambing, dua-duanya ciong, Sementara Pak Prabowo shio kelinci dengan Pak Sandiaga Uno yang shio ayam juga dua-duanya ciong. Jadi, kita punya paslon yang benar-benar unik secara shio," kata Master Yohan.
Ciong yang dimaksud Master Yohan adalah masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden memiliki pandangan atau pendapat yang saling bertolak belakang.
Master Fengshui Indonesia Yohan Suyangga. (Foto: Antara/Livia Kristianti)
"Pasangan calon nomor urut 01 dan wakilnya akan berselisih paham, atau berselisih pendapat. Demikian juga paslon nomor urut 02. Kedua pasangan juga tidak akan pernah sepaham dengan wakilnya," ujarnya.
Baca juga: Koalisi Solid, Prabowo-AHY Kampanye Bareng di Solo
Namun, perbedaan pandangan antara paslon dengan wakilnya, menurut Master Yohan, bisa disiasati dengan saling pengertian.
"Atau lebih baik satunya diam karena keduanya kalau bicara pasti nanti akan kelihatan berbeda. Masyarakat akan dibuat bingung," katanya.
"Ke depannya, lima tahun ke depan. Itulah keputusan-keputusan yang membuat masyarakat akan bingung. Jadi, lebih baik diarahkan satu suara sebelum menerbitkan keputusan presiden. Lebih baik dibicarakan dulu," ujarnya. []