Oleh: Amber Irving-Guthrie
Sejumlah pekerja seks komersial (PSK) di negara bagian Victoria, Australia, terpaksa bekerja secara ilegal atau memanfaatkan alasan "pasangan dekat" agar bisa keluar rumah selama lockdown.
Hari Rabu, 2 Juni 2021, ini Pemerintah Negara Bagian Victoria mengumumkan perpanjangan lockdown di Ibu Kota Melbourne selama tujuh hari ke depan.
Bekerja sebagai PSK di Victoria bukanlah perbuatan melanggar hukum sepanjang memiliki izin.
Namun, kebanyakan PSK tidak mengajukan permohonan bantuan selama 'lockdown' dan yang mengajukannya malah mengalami penolakan.
Di Melbourne hanya ada lima alasan yang diperbolehkan untuk keluar rumah saat 'lockdown', hanya mereka yang mendapatkan pengecualian yang bisa keluar rumah.
Salah satu alasan untuk dibolehkan keluar rumah selama 'lockdown' adalah mengunjungi atau merawat "pasangan dekat".
Seorang PSK di Melbourne, Diana (bukan nama sebenarnya), mengungkapkan ia dan sejumlah rekannya memanfaatkan alasan pengecualian sebagai "pasangan dekat" ini untuk tetap menemui pelanggan tetap mereka, karena tak punya pilihan lain.
"Saya memang agak nakal. Saya punya beberapa pelanggan tetap yang saya temui (selama lockdown). Saya juga dipelihara oleh seorang pria yang menanggung biaya-biaya saya. Jadi saya termasuk beruntung," ujarnya.
Hanya lima alasan yang membolehkan seseorang keluar rumah selama lockdown di Melbourne, Australia (Foto: abc.net.au/indonesian - 7.30 Report)
Diana mengatakan sejumlah PSK terpaksa harus tetap bekerja agar bisa memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
1. PSK di Victoria Harus Punya Izin
Diana menyebutkan 'lockdown' telah menimbulkan banyak ketidakpastian di kalangan PSK di Victoria.
"Beberapa hari sebelum lockdown pertama, kami mengobrol di tempat kerja, bagaimana nanti kalau lockdown. Apakah kami harus mulai memakai masker saat memenuhi panggilan pelanggan?" katanya.
"Kalau soal pembatasan, kami termasuk kategori berisiko tinggi. Tapi pada saat yang sama, kami tidak diprioritaskan untuk vaksin," Diana bertanya.
Ia mengatakan masih banyak orang yang tidak menyadari bahwa PSK itu diperbolehkan di Victoria.
"Kerja seks di Victoria sebagian telah didekriminalisasi. Kami berharap agar sepenuhnya didekriminalisasi," katanya.
Seorang PSK yang bekerja di luar tempat-tempat yang diizinkan, katanya, masih dianggap sebagai pelanggaran hukum.
"Jika PSK bekerja sendiri, harus memiliki izin dan tak diperbolehkan mempekerjakan siapa pun seperti pengemudi atau yang mengerjakan pembukuan," kata Diana.

PSK tanpa izin tidak diperbolehkan melayani pelanggan di rumah bordil dan harus mengunjungi pelanggan mereka, yang mengarah pada timbulnya masalah keamanan.
2. PSK Menderita Seperti Pekerja Lepas Lain
Anggota parlemen Victoria dan ketua partai bernama Reason Party, Fiona Patten, menilai PSK telah lama "berada di garis depan" dalam upaya kesehatan masyarakat.
Sehingga, menurut Fiona, menunjuk seorang pelanggan tetap sebagai "pasangan dekat" tetap sejalan dengan aturan lockdown.
Fiona menyebut para PSK di Victoria telah terkena dampak 'lockdown' sama seperti pekerja lepas lainnya.
"Apakah PSK atau barista, sama-sama tidak mendapatkan bantuan," ujar Fiona.
Tahun lalu, atas permintaan pemerintah negara bagian, Fiona melakukan kajian terhadap Undang-undang bagi PSK Victoria untuk mencari cara untuk mendekriminalisasi industri ini.
Dia telah menyerahkan laporannya pada bulan Oktober namun pemerintah masih belum mempertimbangkan tanggapannya.
"Ini bukan deregulasi kerja seks, tapi memperlakukan kerja seks sebagai suatu pekerjaan yang sah," kata Fiona.
Fiona mendorong agar industri seks diperlakukan seperti bisnis lainnya.
Dia menambahkan aturan perundang-undangan Victoria sudah ketinggalan zaman sehingga mengakibatkan banyak PSK bekerja di wilayah abu-abu.
Fiona mengatakan industri seks belum dilihat sebagai pekerjaan nyata sehingga dia ingin mengubah persepsi untuk melayani pria-pria hidung belang yang kesepian.
"Kebanyakan orang yang memesan saya hanya karena kesepian," ungkap Fiona.
"Kesehatan mental kaum pria seperti itu ditanggung oleh kaum perempuan yang kurang beruntung secara sosial yang melakukan pekerjaan ini," kata Fiona.
"Akhirnya kami inilah yang memangku pria-pria ini, saat mereka menangis, memberi mereka terapi, mengajari mereka cara mengambil jarak dengan orang lain," tutur Fiona (Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News)/abc.net.au/indonesian. []