Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengungkapkan salah satu alasan melontarkan wacana mencabut kebijakan larangan ekspor benih lobster, karena sebagian nelayan di Indonesia sudah tidak memiliki pekerjaan.
"Ada nelayan penangkap benih sudah tidak ada pekerjaan. Di sisi lain, ada nelayan yang ingin budi daya, semua kelompok ini yang harus kita jaga," ujar Edhy di Jakarta, Jumat, 13 Desember 2019 seperti dilansir dari Antara.
Dengan demikian, kata Edhy muncul ide budi dayakan benih lobster. Apalagi, Indonesia mempunyai banyak lahan untuk melakukan budi daya lobster.
"Sudah ada di daerah Nusa Tenggara Barat (NTB), daerah kepulauan Jawa dan sebagainya, ini kami sedang galang juga di tempat lain," tuturnya.

Meski perlu pengkajian lebih detail, mengingat tidak semua tempat memiliki kemampuan melakukan budi daya. Lantaran minimnya kemampuan dan kurang lengkapnya infrastruktur.
Di sisi lain, Edhy juga sedang mempertimbangkan jumlah benih lobster yang harus dikembalikan pembudi daya ke alam, yaitu antara 2,5 persen atau lima persen, agar populasi lobster di laut tetap terjaga secara alami.
Sebab, tetap saja menurut Edhy keseimbangan alam harus dijaga. "Kan saya tidak mungkin melakukan industri terus kemudian meninggalkan alam. Pertumbuhan industri penting tapi alam juga dijaga, dua-duanya harus berjalan bersama bukan saling bertolak belakang," kata dia.
Edhy mengatakan wacana mencabut larangan ekspor benih lobster belum final. Hingga kini, pihaknya masih terbuka untuk melakukan diskusi mengenai ekspor benih lobster dan siap menghadapi segala risiko terkait hal tersebut.
"Gerakan saya paling utama melakukan komunikasi terbuka dengan semua ini, semuanya pasti ada kekhawatiran, itu bagian daripada risiko, saya siap menghadapi risiko itu," ujarnya. []