Pematangsiantar - Anda pernah makan Nitak? Ya, ini adalah makanan khas Simalungun, salah satu etnis yang banyak bermukim di Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
Nitak ini bukan makanan yang mudah ditemukan setiap hari, layaknya nasi atau penganan lainnya di pasar atau pusat kuliner. Dia memang makanan yang khusus disajikan saat ada kegiatan adat.
Arti kata Nitak sendiri merujuk kamusbatak.com, adalah tepung beras. Dan memang bahan utama Nitak adalah beras atau tepung beras.
Niar boru Damanik, seorang perempuan Simalungun kepada Tagar becerita tentang Nitak ini, Sabtu, 27 Juni 2020.
Perempuan yang kerap menggunakan Bulang Sulampei, yakni semacam tudung kepala perempuan Simalungun, menyebut bahan Nitak itu ada tepung beras, kelapa gonseng, kemiri bakar, gula merah, dan lada serta bisa ditambah pisang pelekat
Soal takarannya kata Niar, main taksir atau kira-kira. Misalnya, setumbak (1,5 Kg) beras direndam lalu ditiriskan dan dijadikan tepung beras. Kelapa gonseng setengah kelapa, secukupnya lada, kemiri tujuh buah, dan gula merah selera semanis kita suka.
Semua bahan itu dimasukkan ke lesung dan ditumbuk untuk menyatukannya."Iya sambil ditumbuk terus hingga jadi lalu dikeping, dipenggal-penggal pakai tangan. Tapi kalau mau utuh bisa dibawa berbentuk lesung. Diangkat pelan, setelah ditumbuk dia renggang dari lesung," terang Niar.
Ase siang paruhuran
Beda dengan Itak dari Toba yang bentuknya dikepal atau dipohul-pohul. Kemudian, kalau Nitak Simalungun, terangnya, tanpa dimasak bisa langsung dimakan.
Nitak Siang-siang, kuliner khas Simalungun. (Foto: Tagar/Istimewa)
Nitak itu kata Niar, dulu pelengkap makanan di acara adat, seperti di pesta pernikahan atau untuk orang yang sedang sakit.
Dalam pesta pernikahan misalnya, setelah orang tua memberikan dekke ihan atau dayok binatur kepada pengantin, kemudian dilanjutkan dengan memberikan Nitak.
Namun kata Niar, saat ini sudah banyak warga Simalungun bersikap praktis, yakni cukup memberikan dekke ihan atau dayok binatur, tanpa memberikan Nitak.
Sekarang beberapa pelaku kuliner menyajikannya secara tunggal sebagai penganan khas Simalungun, meski tidak setiap hari. Bisa ditemukan di Cafe Hordja di Kota Pematangsiantar.
"Untuk pesta perkawinan, jadi tetap dekke atau dayok binatur yang utama diserahkan dan menyusul Nitak. Yang memberikan bisa orang tua pengantin laki-laki, bisa orang tua pengantin perempuan. Kalau sekarang sudah tidak keharusan tapi itu adatnya kalau mau lengkap," tuturnya.
Hal sama juga untuk pemberian makan kepada orang sakit. Misalnya anak memberikan kepada orang tua yang sakit atau orang tua kepada anaknya yang sedang sakit. Dan sifatnya pelengkap dari makanan utama yang disuguhkan.
Filosofi pemberian Nitak ini kata Niar, sesuai namanya Nitak Siang-siang, biar terang hati. "Ase siang paruhuran," katanya.
Beberapa desa di Simalungun ada yang berbeda menyebut nama Nitak ini termasuk bahannya. Namun tidak terlalu jauh berbeda dan filosofinya tetap sama.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI sendiri sudah mencatatkan Nitak ini sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada 2016 lalu. []