Ogoh-ogoh Tak Lagi Diarak saat Nyepi di Bali

Gubernur Bali I Wayan Koster mengeluarkan instruksi tentang pelaksanaan Hari Raya Nyepi untuk tidak melakukan pengarakan ogoh-ogoh.
Ogoh-ogoh buatan warga untuk memeriahkan perayaan Hari Raya Nyepi. (Foto: Tagar/Nila Sofianty)

Badung - Pandemi Covid-19 atau virus corona membuat prosesi perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1942 jatuh pada tanggal 25 Maret 2020 akan berbeda. Perbedaan perayaan Hari Raya Nyepi tahun ini tidak adanya arak-arakan ogoh-ogoh.

Adanya larangan arak-arakan ogoh-ogoh tertuang dalam Instruksi Gubernur Bali nomor 267/01B/HK2020 tanggal 20 Maret 2020. Instruksi Gubernur Bali tentang pelaksanaan rangkaian Hari Suci Nyepi 1942 di Bali kepada bupati dan wali kota se-Bali, PHDI, MDA, Bendesa dan Kelian Desa Adat se-Bali.

Kita di Bali punya kewajiban untuk mencermati dan melaksanakan arahan dengan sebaik-baiknya.

"Tidak melaksanakan pengarakan ogoh-ogoh dalam bentuk apapun dan di manapun. Bupati dan wali kota se-Bali, PHDI Bali, MDA, Bendesa/kelian desa adat se-Bali untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan instruksi ini dengan disiplin dan penuh tanggung jawab, setelah berlaku dan ditetapkan hari ini," ujar Gubernur Bali, I Wayan Koster saat mengumumkannya di Denpasar, Senin, 23 Maret 2020.

Wayan Koster mengatakan akan terus mengiikuti perkembangan penyebaran Covid-19 dan arahan pemerintah pusat.

"Kita di Bali punya kewajiban untuk mencermati dan melaksanakan arahan dengan sebaik-baiknya. Mohon kerja sama dan tanggung jawab semua pihak untuk tidak berperan sebagai penyebar Covid-19 kepada orang lain," ujarnya.

Tidak adanya arak-arakan ogoh-ogoh membuat warga kecewa. Warga Banjar Kampial, Beoa, Bali, Dewa mengaku kecewa tidak adanya arak-arakan ogoh-ogoh saat perayaan Hari Raya Nyepi.

Ia mengaku bersama warga lainnya sudah sebulan lamanya gotong royong membuat ogoh-ogoh untuk menyambut Hari Raya Nyepi.

"Ada pengumuman memang tidak boleh berkumpul, jaga jarak, jadi kita menyesuaikanlah. Kan biasanya diarak digabung semua banjar, tapi tahun ini tidak kami lakukan. Selain itu kita juga saling mengingatkan menjaga kondisi kesehatan masing-masing," ujar Dewa.

Warga Perumahan Pratama Unud, Kuta Selatan, Agus mengatakan bahwa sesuai kebijakkan pemerintah ogoh-ogoh tak akan diarak.

"Tak akan diarak, tetap di tempat masing-masing. Sambil menunggu keputusan akan ada penilaian dari pemerintah melombakan ogoh-ogoh beberapa bulan lagi saat wabah virus Covid-19 telah selesai," ujar Agus.

Sekadar diektahui, ogoh-ogoh merupakan perwujudan dari kepribadian Bhuta Kala, simbol Sadripu atau enam musuh dalam diri manusia meliputi kama (nafsu, keinginan), krodha (kemarahan), moha (kebingungan), lobha (tamak), mada (mabuk), dan matsarya (dengki, iri hati).

Lalu, ogoh-ogoh yang diarak merupakan simbol kehidupan manusia selalu digoda oleh keenam musuh tersebut dalam diri. Setelah diarak, ogoh-ogoh dibakar, sebagai simbol membakar keenam dorongan negatif tersebut.

Hari Raya Nyepi juga sebagai momen introspeksi diri juga perenungan atas perbuatan sehingga dapat menjadi manusia yang lebih baik di tahun yang baru. Secara harfiah, kata Nyepi memiliki arti sunyi, senyap, dan tidak berkegiatan. []

Berita terkait
Libur Nyepi, Pelabuhan Ketapang Dipadati Penumpang
PT ASDP Ketapang, Banyuwangi menyiapkan tenda terowongan untuk dilakukan disinfektan sebagai pencegahan pandemi virus corona.
Hari Raya Nyepi, Ketapang-Gilimanuk Ditutup
Selama hari raya nyepi penyeberangan Ketapang-Gilimanuk akan ditutup selama 24 jam.
Hari Raya Nyepi, Jalan Tol Bali Mandara Ditutup Sementara
Penutupan dilakukan selama 32 jam mulai dari Rabu, 6 Maret 2019 pukul 23:00 WITA.
0
Usai Terima Bantuan Kemensos, Bocah Penjual Gulali Mulai Rasakan Manisnya Hidup
Dalam hati Muh Ilham Al Qadry Jumakking (9), sering muncul rasa rindu bisa bermain sebagaimana anak seusianya. Main bola, sepeda.