Jakarta - Pangeran Harry dan Meghan Markle ikut mendukung kampanye antirasisme lewat gerakan boikot dengan tajuk Stop Hate For Profit yang ditujukan kepada perusahaan teknologi Facebook. Seruan berisi pesan ajakan boikot untuk tidak beriklan di layanan media sosial milik Mark Zuckerberg pada bulan Juli 2020.
Media Harper's Bazaar melaporkan, seorang juru bicara Harry dan Meghan telah mengonfirmasi berita itu ke hadapan publik. Selain itu, sebuah sumber yang dekat dengan pasangan itu mengatakan bahwa sang Pangeran tengah mengerjakan sebuah proyek antirasisme secara online.
"Saat kami mengembangkan Archewell, yang merupakan salah satu bidang yang ingin ditangani oleh Duke dan Duchess of Sussex termasuk pidato kebencian online, dan kami telah bekerja dengan hak-hak sipil dan kelompok keadilan rasial di atasnya," kata sumber tersebut, dikutip Tagar pada Minggu, 28 Juni 2020.
Proyek Archwell sendiri merupakan organisasi nirlaba yang baru saja diciptakan Pangeran Harry dan Meghan Markle. Pada bulan April lalu, mereka mengatakan kepada The Telegraph bahwa mereka bermaksud melakukan sesuatu yang berarti dan penting dengan usaha baru mereka itu.
"Selama beberapa minggu terakhir, khususnya, masalah ini menjadi semakin vital dan mereka telah bekerja untuk mendorong CEO global untuk berdiri dalam solidaritas dengan koalisi kelompok-kelompok keadilan sipil dan ras seperti NAACP, Color of Change, dan Anti-Defamation League yang menyerukan perubahan struktural ke dunia online kami," kata sumber itu.
Pangeran Harry dan Meghan Markle saat meninggalkan Canada House di London, Inggris, 7 Januari, 2020. (Foto: Antara/Reuter/Toby Melville)
Diketahui, gerakan Stop Hate For Profit digelontorkan sejumlah pihak pada 9 Juni 2020 lalu menyusul tewasnya George Floyd yang menjadi korban kebrutalan petugas kepolisian Minneapolis, AS dan menimbulkan gelombang protes di seluruh dunia.
Ajakan boikot kemudian ditujukan kepada Facebook setelah perusahaan tersebut menolak menghapus konten unggahan Presiden Donald Trump yang mengancam bakal menerapkan tindakan kekerasan kepada para pengunjuk rasa.
Kampanye tersebut mendesak para perusahaan besar untuk memikirkan kembali anggaran belanja iklan mereka di Facebook sampai media sosial itu memiliki kebijakan yang lebih ketat.
Baca juga: Deretan Bintang K-Pop Ikut Aksi Black Lives Matter
Imbasnya, saham raksasa media sosial tersebut anjlok dan mengikis kekayaan Mark Zuckerberg selaku CEO dan pendiri Facebook. Laman Business Insider melaporkan kekayaan senilai US$ 7,21 miliar atau setaara sekitar Rp 102,6 triliun (kurs Rp 14.240 per dollar AS) milik Mark, hilang. []