Denpasar- Merosotnya kinerja pariwisata di Provinsi Bali karena imbas pandemi covid-19 memberi pengaruh terhadap perrekonomian. Kepala Bank Indonesia Perwakilan Bali, Trisno Nugroho, ekonomi mengalami kontraksi atau perlambatan pertumbuhan hingga minus-1,14 persen.
"Perekonomian Bali pada triwulan I – 2020 terkontraksi sebesar -1,14% disebabkan oleh menurunnya kinerja pariwisata di tengah pandemi COVID-19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia," ujar Trisno Nugroho saat dikonfirmasi Tagar, Rabu, 20 Mei 2020.
Beberapa komoditas yang mengalami penurunan penjualan cukup dalam adalah makanan, minuman dan tembakau dan sandang
Baca Juga: Bali Siapkan Skema Pemulihan Ekonomi Atasi Covid-19
Trisno menambahkan, kinerja beberapa sektor utama pendukung pariwisata mengalami kontraksi pertumbuhan seperti sektor akomodasi dan makan minum, transportasi serta perdagangan. Penurunan kinerja pariwisata tersebut juga berdampak terhadap menurunnya pendapatan masyarakat yang selanjutnya akan mempengaruhi konsumsi.
"Pada triwulan I – 2020, konsumsi rumah tangga melambat dengan tumbuh 2,9% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 5,7% (yoy)," ucap Trisno.
Kontraksi dalam perekonomian Bali juga terkonfirmasi dari beberapa survei yang dilakukan oleh Kantor BI Perwakilan Bali seperti Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Survei Konsumen (SK) dan Survei Penjualan Eceran (SPE) serta survei insidentil mengenai kondisi dunia usaha maupun pendapatan masyarakat.
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha terhadap 129 responden pada triwulan I 2020 menunjukkan penurunan dengan nilai saldo bersih tertimbang -31,9 persen dibandingkan triwulan IV – 2019 yang masih tumbuh 20 persen. Penurunan tersebut terutama bersumber dari kinerja sektor akomodasi makan dan minum yang mencapai 16,77 persen serta perdagangan besar dan eceran sebesar 5,30 persen.
Kinerja penjualan eceran tertekan terutama sejak bulan Maret 2020. Indeks Perdagangan Riil Provinsi Bali turun mencapai 18 persen pada Maret 2020.
Diperkirakan kontraksi masih berlanjut di bulan April 2020 dengan penurunan yang lebih dalam. Beberapa komoditas yang mengalami penurunan penjualan cukup dalam adalah makanan, minuman dan tembakau dan sandang.
"Kondisi ini sejalan dengan menurunnya permintaan dari hotel dan restoran yang saat ini beroperasi secara minimal bahkan mengalami penutupan sementara," tutur Trisno.

Trisno melanjutkan, berdasarkan survei mengenai persepsi bisnis dan tenaga kerja terhadap 60 perusahaan pada April 2020, sebesar 94 persen responden menyatakan bahwa penyebaran Covid-19 berdampak terhadap kinerja usaha saat ini.
Delapan persen perusahaan menyatakan sudah mulai menerapkan PHK
Kondisi ini menyebabkan terdapat 28 persen responden yang menghentikan usaha sementara, terutama di bidang transportasi, akomodasi dan restoran, perdagangan serta jasa lainnya (biro perjalanan). Sementara itu 66 persen responden menyatakan bahwa meski usaha masih tetap berjalan, saat ini mengalami penurunan omset.
Kondisi ini mengakibatkan perusahaan menerapkan kebijakan untuk mengurangi jumlah pegawai. Saat ini, 53 persen responden menyatakan perusahaan sudah menerapkan pengurangan jumlah karyawan, mayoritas melalui kebijakan cuti diluar tanggungan. Sementara itu, 8 persen perusahaan menyatakan sudah mulai menerapkan PHK.
Ke depan, dunia usaha berpendapat bahwa situasi ini hanya bersifat sementara. Pelaku usaha berpendapat bahwa permintaan akan kembali membaik dalam 6 – 9 bulan (sampai akhir tahun 2020).
Bank Indonesia menyelenggarakan kegiatan SURIA (Survei Bicara) lewat zoom meeting yang merupakan kegiatan disseminasi hasil survei Bank Indonesia. Topik disseminasi kali ini adalah perkembangan ekonomi dan dunia usaha khususnya pariwisata terkait dampak Covid 19.
Simak Pula: Covid-19 Landai, Pariwisata di Bali Dibuka Oktober
Acara disseminasi ini dihadiri Deputi Kepala BI Perwakilan Bali, Rizki Ernadi Wimanda, Mira Triscahyani dari Nielson Indonesia, dan Agus Ganesha Rahyuda , Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Udayana.[]