Vatikan – Paus Fransiskus, 6 Juni 2021, mengungkapkan rasa prihatin dan kekecewaan mendalam atas penemuan tulang belulang di 215 siswa pribumi di asrama yang dikelola gereja Katolik di Kanada. Paus juga menekan otoritas agama dan politik untuk menjelaskan "masalah yang menyedihkan itu." Akan tetapi ia tidak menyampaikan permintaan maaf seperti yang diminta oleh Perdana Menteri (PM) Kanada, Justin Trudeau.
Dalam sambutannya di depan umat yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, Paus Fransiskus juga meminta pihak berwenang untuk mendorong penyembuhan namun tidak mengacu pada desakan PM Trudeau dua hari sebelumnya, agar Vatikan meminta maaf dan bertanggung jawab atas penemuan tulang belulang itu.
Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, menghadiri konferensi pers di Ottawa, Kanada (Foto: voaindonesia.com/Reuters)
Dari abad ke-19 hingga 1970-an, lebih dari 150.000 anak-anak pribumi dipaksa menghadiri sekolah-sekolah Kristen yang didanai oleh negara, di mana sebagian besar dijalankan oleh jemaat misionaris Katolik Roma, dalam sebuah kampanye upaya asimilasi pribumi ke dalam masyarakat Kanada.
Pemerintah Kanada mengakui kekerasan fisik dan seksual telah merajalela di sejumlah sekolah, dan anak-anak dihukum jika berbicara dalam bahasa ibu mereka.

Radar penembus tanah digunakan untuk mengkonfirmasi jumlah tulang belulang anak-anak di sebuah bekas sekolah, Kamloops Indian Residential School, di Kamloops, British Columbia, pada Mei lalu. Sekolah itu merupakan fasilitas terbesar di Kanada yang dioperasikan oleh Gereja Katolik antara tahun 1890 dan 1969.
PM Trudeau, 4 Juni 2021, mengecam gereja karena "diam" dan "tidak bertindak," sekaligus memintanya untuk secara resmi meminta maaf dan memperbaiki perannya yang menonjol dalam sistem sekolah asrama pribumi yang dikelola gereja pada masa lalu (mg/lt)/voaindonesia.com. []