Pemerintah AS Gugat Adobe karena Biaya Tersembunyi Persulit Setop Berlangganan

Adobe tetapkan biaya berhenti berlangganan sebesar 50% dari sisa biaya yang harus dilunasi ketika konsumen batalkan langganan pada tahun pertama
Ilustrasi - Adobe dituduh menerapkan biaya tersembunyi untuk mempersulit pelanggan berhenti berlangganan (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

TAGAR.id – Pemerintah Amerika Serikat (AS) menggugat perusahaan pembuat Photoshop, Adobe ADBE.O, pada hari Senin (17/6/2024), karena dituduh merugikan konsumen dengan menyembunyikan biaya berhenti berlangganan yang besar pada paket langganannya yang paling populer, sehingga mempersulit konsumen untuk membatalkan kontrak berlangganan mereka.

Dalam pengaduan yang diajukan ke pengadilan federal San Jose, California, Komisi Perdagangan Federal (FTC) mengatakan, Adobe mengubur informasi mengenai biaya – yang terkadang mencapai ratusan dolar alias jutaan rupiah – dan persyaratan penting lainnya dalam paket berlangganan “tahunan yang dibayar bulanan” dengan mencetaknya dalam tulisan berukuran kecil, atau tersembunyi di belakang kotak teks (textboxes) dan hyperlink.

Menurut pengaduan itu, Adobe menetapkan biaya berhenti berlangganan sebesar 50% dari sisa biaya yang harus dilunasi ketika konsumen membatalkan langganannya pada tahun pertama.

Di samping itu, FTC mengatakan, Adobe memaksa pelanggan yang ingin berhenti berlangganan untuk mengunjungi beberapa halaman web tidak penting terlebih dahulu ketika mereka melakukannya secara online. Sementara mereka yang menghubungi lewat telepon kerap kali terputus sambungannya dan terpaksa harus berkali-kali menjelaskan maksud mereka kepada petugas yang berbeda. Mereka juga kerap menghadapi “perlawanan dan penundaan” dari para petugas tersebut.

Dua pejabat ekesekutif Adobe juga menjadi terdakwa, yaitu David Wadhwani, presiden bisnis media digital, dan Maninder Sawhney, wakil presiden senior penjualan digital.

“Adobe menjebak konsumen ke dalam paket berlangganan selama setahun melalui biaya pembatalan berlangganan awal yang tersembunyi dan banyak rintangan penghentian paket,” kata Samuel Levine, direktur biro perlindungan konsumen FTC. “Rakyat Amerika muak pada perusahaan yang menyembunyikan hal itu ketika proses pendaftaran berlangganan dan menjegal mereka ketika mencoba berhenti berlangganan.”

Dana Rao, penasihat umum dan chief trust officer Adobe, mengatakan bahwa perusahaan yang bermarkas di San Jose itu akan membantah klaim FTC di pengadilan.

“Layanan berlangganan [kami] nyaman, fleksibel dan hemat biaya sehingga memungkinkan pengguna memilih paket yang paling sesuai dengan kebutuhan, jangka waktu dan anggaran mereka,” kata Rao. “Kami transparan dengan syarat dan ketentuan perjanjian berlangganan kami dan memiliki proses pembatalan yang sederhana.”

Nilai langganan Adobe seluruhnya menyumbang pemasukan 4,92 miliar dolar AS (sekitar Rp 80,9 triliun) atau 95% dari pendapatan Adobe yang mencapai 5,18 miliar dolar AS (sekitar Rp 85,2 triliun) pada kuartal yang berakhir pada 1 Maret 2024.

FTC menuduh Adobe melanggar UU Pengembalian Kepercayaan Konsumen Online, undang-undang federal tahun 2010 yang melarang pedagang mengenakan biaya, termasuk perpanjangan langganan secara otomatis, kecuali mereka dengan jelas mengungkap persyaratannya dan memperoleh persetujuan pelanggan.

Gugatan hari Senin diajukan untuk meminta hukuman perdata, keputusan apabila kesalahan kembali dilakukan, dan hukuman lainnya. (br/jm)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
10 Negara Bagian Amerika Serikat Gugat Google
Sepuluh negara bagian di AS gugat Google dan tuduh raksasa mesin pencari di Internet itu atas "perilaku anti-kompetisi" dalam industri periklanan