Yogyakarta - Libur Natal dan Tahun Baru sudah di depan mata. Yogyakarta mengizinkan wisatawan mendatangi destinasi yang ada, namun dengan syarat surat keterangan bebas Covid-19. Diperkirakan wisatawan tetap membludak meski ada kebijakan tersebut. Dampak selanjutnya terjadi peningkatan volume sampah.
Namun, Nataru belum tiba pun, pemandangan sudah tak sedap. Sampah mengggunung di sejumlah sudut kota akibat penutupan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Bantul oleh warga. Tumpukan sampah bahkan meluber ke jalan, baik di pasar maupun depo pembuangan sampah di Kota Yogyakarta.
Baca Juga:
Forum Pemantau Independen (Forpi) Kota Yogyakarta melakukan pemantauan terkait banyaknya sampah berserakan hingga di jalan di pasar Kranggan dan selatan stasiun Kereta Api Lempuyangan Jalan Hayam Wuruk Kota Yogyakarta, Selasa, 22 Desember 2020. Imbas dari penutupan Tempat Pengeloahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan Bantul DIY.
Sudah ada lima armada pengangkut sampah guna membersihkan sampah yang berserakan hingga ke jalan.
Hasil pemantauan di pasar Kranggan Kota Yogyakarta ditemukan tumpukan sampah yang menggunung. Selain itu akibat dari sampah yang tidak angkut tersebut, nampak banyaknya belatung yang berserakan ke jalan sekitar tumpukan sampah. Selain bau tak sedap yang ditimbulkan.
Penumpukan sampah di sejumlah sudut kota menjelang liburan Natal dan Tahun Baru akibat penutupan TPST Piyungan Bantul oleh warga. (Foto: Istimewa)
Tak terlihat petugas kebersihan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta. Sejumlah warga yang melewati tumpukan sampah malah menambah sampah dengan membuang sampah ditumpukan tersebut. Pemandangan yang tak jauh berbeda juga terlihat di jalan Hayam Wuruk tepatnya selatan stasiun Kereta Api Lempunyangan.
Sampah berserekan hingga ke jalan. Bedanya di lokasi ini nampak sejumlah petugas kebersihan dari DLH Kota Yogyakarta membersihkan sampah yang berserakan hingga ke jalan. "Hingga pukul 11.00 WIB sudah ada lima armada pengangkut sampah guna membersihkan sampah yang berserakan hingga ke jalan," kata Mayer, petugas DLH Kota Yogyakarta, Selasa, 22 Desember 2020.
Fajar salah satu pedagang telur yang tidak jauh dari tumpukan sampah mengaku sudah terbiasa dengan bau tak sedap dari tumpukan sampah. Apalagi dengan ditutupnya TPST Piyungan Bantul sampah pasti bertambah banyak.
Baca Juga:
Baharuddin Kamba Anggota Forpi Kota Yogyakarta mengusulkan kepada pemerintah kota Yogyakarta bersama pemerintah daerah Bantul dan Sleman termasuk pemda DIY untuk duduk bersama dalam mengatasi masalah sampah. Karena masalah sampah kerap terjadi dan tak pernah ada solusi alternatifnya.
Anggaran dana keistimewaan (Danais) dapat digunakan untuk mengatasi persoalan sampah. Anggaran danais itu besar dan seharusnya mampu untuk mengatasi persoalan sampah. "Pemda DIY mampu membangun pagar di alun-alun utara Yogyakarta dengan nilai Rp 2,3 miliar, dan mampu membeli dua bangunan milik hotel Mutiara di kawasan Malioboro senilai Rp 170 miliar. Sungguh dana yang sangat fantastis," ungkapnya. []