Jakarta - Inggris akan meninggalkan Uni Eropa (EU) secara resmi atau Brexit, Jumat, 31 Januari 2020 pada pukul 23:00 GMT (06.00 WIB Sabtu, 1 Februari), mengakhiri keanggotaan selama 47 tahun. Para pendukung Brexit atau yang disebut Brexiteers akan berkumpul di lapangan di depan gedung parlemen untuk menghadiri perayaan yang bersejarah bagi Inggris. Jam hitungan mundur akan ditampilkan di Downing Street, kantor perdana menteri.
Seorang pendukung Brexit bernawma Wayne Green (48 tahun) menyambut positif keputusan pemerintah Inggris untuk keluar dari Uni Eropa. "Sangat melegakan bahwa kami akhirnya meninggalkan Uni Eropa," katanya seperti diberitakan dari Channel News Asia, Sabtu, 1 Februari 2020.
Green berkata lagi,"Bukan tidak hormat kepada anggota negara-negara Uni Eropa. Kami selalu menghormati mereka. Tapi Uni Eropa penipu, sudah penipu sejak kami mulai bergabung. Saya sangat senang kami pergi."
Peserta lain yang datang memegang papan tanda bertuliskan: "Kami akan kembali, dan Anda telah menghancurkan karir dan impian masa depan saya."
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson merupakan tokoh yang getol menyuarakan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa. Dukungan Johnson bermula dari pemungutan suara referensum Brexit pada tahun 2016. Referendum itu memicu kepahitan perpecahan di Inggris antara yang setuju dengan Brexit dan dengan yang menginginkan Inggris tetap bersama dengan Uni Eropa.

Johnson berjanji akan memimpin Inggris menuju masa depan baru yang cerah pasca Brexit. "Tugas kami sebagai pemerintah adalah menyatukan negara ini dan membawa kami maju," katanya dalam sebuah pernyataan. Menurutnya,ini bukan akhir tapi awal.
Pasca Brexit ini, warga Inggris dapat bekerja dan berdagang secara bebas dengan negara-negara Uni Eropa hingga 31 Desember. Sementara persyaratan keluar telah disepakati, Inggris masih harus mencapai kesepakatan tentang hubungan masa depan dengan Uni Eropa, mitra dagang terbesarnya.
Sementara itu dalam sebuah pernyataan, pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn mendesak negara itu untuk tidak fokus ke dalam negara saja. "Sebaliknya membangun Inggris yang benar-benar internasionalis, beragam, dan berwawasan ke luar," ucapnya.
Meskipun Inggris menentang banyak proyek Uni Eropa selama bertahun-tahun, negara itu menolak untuk bergabung dengan mata uang tunggal. Pemungutan suara referendum yang memenangkan Brexit merupakan sebuah kejutan besar. Kemenangan Johnson dalam pemilihan yang menentukan bulan lalu membuat mayoritas parlemen untuk meratifikasi kesepakatan Brexit. Tetap masyarakat Inggris tetap terpecah, dengan 52 persen memilih meninggalkan Uni Eropa dan 48 persen memutuskan tetap. []