Banda Aceh - Peneliti ganja dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh, Prof Musri Musman, menilai tanaman ganja cukup berpotensi menjadi obat untuk menyembuhkan manusia yang terjangkit virus corona (Covid-19).
"Menurut pengetahuan, iya tanaman ganja berpotensi mengobati, menangkal Covid 19 itu," kata Prof Musri Musman saat dimintai pendapatnya, Jumat, 20 Maret 2020.
Prof Musri menyampaikan, virus corona itu masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran paru-paru. Kemudian menimbulkan penyakit pneumonia (radang paru-paru).
Kondisi semacam itu hampir sama dengan berbagai kasus paru-paru yang disebabkan karena infeksi virus. Dimana, mereka menggunakan Cannabidiol (CBD) yang ada di dalam pohon ganja dengan cara di ekstrak terlebih dadulu, lalu baru di fraksinasi kan.
Berdasarkan bukti sejumlah penelitian yang diyakini hasil kajian dan prosedurnya, Prof Musri melihat cara masuk virus corona sama dengan penyakit paru-paru.
Menurut pengetahuan, iya tanaman ganja berpotensi mengobati, menangkal Covid 19 itu.
"Penelitian ini telah dilakukan pada penyakit asma, herpes. Dari itu semua menunjukkan keadaan dapat mereduksi penyakit di maksud, sehingga memberikan kesembuhan," ujarnya.
Prof Musri mengatakan, pola kerja virus corona itu seperti analog, sama hal nya dengan kondisi orang yang mengalami asma, herpes, dan penyakit paru-paru.

Dimana, ketika penyakit itu masuk, maka akan muncul peradangan paru-paru, sehingga terjadi penumpukan dan pemecahan sel-sel yang disebut dengan sitokin.
"CBD yang dicoba pada paru-paru itu menjadi anti peradangan inflamasi. Kalau CBD pada penyakit itu bisa melakukan anti inflamasi, kenapa tidak pada kasus corona," tutur Musri.
Sementara, kata Prof Musri, pada kasus herpes yang berbahaya itu adalah replikasi virus nya sangat cepat membelah diri. Kasus ini, juga sama dengan corona, bisa menjadi anti replikasi dari virus tersebut.
"Nah, CBD yang dicoba pada kasus sejenis itu ternyata mampu menghentikan pengeluaran antibodi berlebihan pada sistem imun. Saya analogikan kasus itu sama dengan yang terjadi pada kasus corona," katanya.
Prof Musri menyebutkan, kandungan CBD yang terdapat di tanaman ganja itu ada pada daun nya, bunga, serta biji ganja sendiri. Tetapi, penggunaannya bukan dengan cara menghisap, melainkan harus di ekstrak.
Prof Musri menjelaskan, jika ganja itu dihisap maka kandungan yang diperoleh adalah Tetrahydrocannabinol (THC) dan langsung ke saraf otak, bekerja seperti psikotropika.
Sedangkan CBD, lanjutnya, kalau dikonsumsi tidak akan bersifat psikotropika, melainkan psikoaktif, sehingga tidak menyebabkan seseorang berhalusinasi.
"Tidak menghisap, tapi memberi ekstrak minyak. Di minum, dia ada dijual dalam bentuk bebas, diminum satu sendok makan, jangan banyak juga, dan ada dalam bentuk kapsul," tutur Prof Musri.
Prof Musri berharap, Kementerian Kesehatan RI mau melakukan pengujian terhadap tanaman ganja tersebut. Dan dirinya sangat bersedia ikut membantu. []