Jakarta - Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau Airnav Indonesia mencatat pergerakan penerbangan domestik sepanjang 2019 merosot dari target sebesar lima persen.
"Tahun ini memang kita penurunannya hampir 18 persen," kata Direktur Utama Airnav Indonesia Novie Riyanto di Jakarta, Kamis, 26 Desember 2019 seperti dilansir dari Antara.
Menurut Novie merosotnya pergerakan domestik sebesar 17,5 persen ini tak dipungkiri berimbas pada Airnav. "Penurunan pergerakan memang berat ya," kata dia.
Tapi, ternyata bukan penerbangan domestik saja yang mengalami penurunan, sebab penerbangan internasional juga mengalami penurunan. Hanya saja nilainya sebesar 0,1 persen dari yang ditargetkan lima persen dan malah berkontribusi menutupi pendapatan dari pergerakan penerbangan domestik yang anjlok.
"Bagaimana imbas ke Airnav, pendapatan kita 60-78 persen lebih banyak dari internasional,” katanya.
Industri penerbangan yang lesu ini kata dia, tak hanya terjadi di Indonesia tapi terjadi juga di luar negeri.
Berdasarkan data International Air Transport Association (IATA), secara global terjadi penurunan penumpang sepanjang tiga persen dibandingkan 2018 dan penerbangan kargo menurun hingga lima persen dibandingkan 2018.
Sementara itu, berdasarkan data Angkasa Pura II penumpang Bandara Soekarno-Hatta menurun hingga 11 juta penumpang sepanjang 2019 yakni 54,2 juta penumpang dari 65,6 juta penumpang sepanjang 2018.
Sedangkan bandara-bandara AP II besar yang mengalami penurunan, yakni Bandara Kualanamu mengalami penurunan 2,5 juta penumpang dari 10,4 juta penumpang sepanjang 2018 menjadi 7,9 juta penumpang sepanjang 2019.
Jadi, penurunan penumpang secara keseluruhan di bandara yang dikelola AP II, pada 2019 yakni 18,85 persen.

Pemerintah Melakukan Kajian
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama mengatakan ia terus berkoordinasi dengan Menteri Perhubungan Budi Karya dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir untuk mengkaji masalah penurunan jumlah penerbangan domestik untuk mencari solusinya.
"Akan mereview semua kemungkinan untuk menekan harga tiket. Salah satu faktor utamanya kan harga tiket. Itu juga ada laporannya AP II soal masalah turunnya jumlah okupansi," kata Wishnutama.
Tapi, ia menekankan menurunkan harga tiket pesawat bukan perkara yang mudah. Sebab, harga tiket dipengaruhi banyak faktor.
"Bukan kerja yang sederhana karena kan kompleks, macam-macam, ada pengaruh harga avtur, leasing dan lainnya," ucapnya.
Sehingga, menurunkan harga tiket untuk mendongkrak kembali penerbangan domestik mesti ditelaah dari berbagai sisi. Apalagi, ke depan pemerintah menargetkan jumlah kunjungan wisatawan untuk menambah devisa negara baik dari domestik maupun mancanegara di tengah pembangunan infrastruktur dan ekosistem ekonomi kreatif.
"Jadi kita harus lihat secara komprehensif bagaimana cara menekan harga tiket agar komprehensif," tuturnya. []