Medan - Debat publik perdana Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Medan yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Medan telah berakhir. Kedua pasangan calon yang berkontestasi juga telah menyampaikan visi misi mereka, terutama yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penanganan Covid-19 di Kota Medan.
Berbagai kalangan pun, termasuk pengamat dan akademisi menyampaikan pendapatnya terhadap penampilan dua pasangan calon dalam debat perdana itu.
Akhyar Nasution beberapa kali terlihat tegang dan cenderung kaku. Sementara di Bobby Nasution justru lebih terlihat tampil santai.
Pasangan calon nomor urut 1, Akyar Nasution-Salman Alfarisi (AMAN), memulai pemaparan visi misinya dengan mengusung jargon Medan Berkarakter. Pasangan calon nomor urut 2, Bobby Nasution-Aulia Rachman mengusung jargon Medan Berkah.
Pengamat Komunikasi Publik Univesitas Medan Area, Ara Auza menilai dari gestur dan pemaparan visi-misi kedua pasangan calon, bisa terlihat bahwa mereka menguasai masalah atau tidak.
Baca juga:
- Pasca Debat Pilkada Medan, Bobby Puji dan Temui Relawan
- Dalam Debat, Akhyar - Salman Kambing Hitamkan Omnibus Law
- Debat Pilkada, Bobby Tak Ingin Medan Jadi Metropolitan Semu
"Akhyar Nasution beberapa kali terlihat tegang dan cenderung kaku. Sementara di Bobby Nasution justru lebih terlihat tampil santai," ujarnya kepada Tagar, Minggu, 8 November 2020.
Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Medan Area ini menjelaskan dengan wajah terlihat tegang, Akyar Nasution-Salman Alfarisi justru terjebak pada pembahasan itu-itu saja. Paslon nomor urut 1 ini beberapa kali hanya mengulang-ulang soal polemik omnibus law, untuk menyerang pasangan Bobby Nasution-Aulia Rachman.
Begitu juga saat Akhyar-Salman berkesempatan untuk memberi pertanyaan soal politik anggaran di Medan, Akhyar-Salman justru tergiring oleh jawaban diberikan pasangan Bobby-Aulia.
"Ini menunjukkan kalau pasangan Akhyar Nasution-Salman Alfarisi memang tidak menguasai permasalahan," kata Ara Auza.

Menurut Ara, paslon nomor urut 1 ini juga terjebak dengan kalimat bahwa mereka sudah melakukan ini, mereka sudah melakukan itu selama ini. Dalam artian, dalam lima tahun belakangan, mereka beranggapan sudah banyak berbuat untuk menyelesaikan masalah di Kota Medan.
Tetapi kenyataan di lapangan, justru berbicara berbeda. Masih banyak masalah yang tertinggal dan belum terselesaikan, seperti soal masalah UMKM, infrastruktur dan birokasi bernuansa korup dan pungli mencuat dalam debat perdana itu.
Sebaliknya, pasangan Bobby-Aulia justru tampil lebih elegan dan santai. Visi misi disampaikan secara terstruktur dan lebih mudah dipahami publik.
Pasangan Bobby-Aulia, sambungnya, terlihat lebih siap dalam menjawab semua pertanyaan, baik diberikan panelis maupun diberikan rivalnya. Malah, mereka berhasil menggiring pasangan Akhyar-Salman untuk mengikuti alur pemikiran Bobby-Aulia.
"Ini tentu mematahkan anggapan selama ini bahwa Bobby ini tidak ramah atau apa. Justru sebaliknya, anak muda ini justru menjelaskan masalah dan solusinya dengan baik, lebih tepat sasaran," katanya.
Pada intinya, tegas Ara, jika dilihat dari gaya komunikasi dan penyampaian visi misi, Bobby lebih unggul dan menguasai panggung debat perdana tersebut. Sementara Akhyar kelihatan kelabakan karena tak menguasai masalah.
"Intinya, Akhyar-Salman tak kuasai permasalahan. Justru anak muda dalam sosok Bobby-Aulia yang tampil santai dan elegan, dengan menyampaikan masalah dan memberikan solusi yang tepat sasaran," ucapnya.
Hal sama diutarakan Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Sumatera Utara, Muhammad Akbar. Secara umum, kata Akbar, penyampaian visi misi kedua pasangan calon ada saling keterkaitan, terutama dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Namun, visi misi yang disampaikan pasangan Akhyar-Salman, seharusnya sudah terselesaikan pada periode lalu, atau pada masa Akhyar menjadi Wakil Wali Kota atau Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Medan usai Dzulmi Eldin dicokok KPK.
"Seharusnya sudah selesai dalam lima tahun ini. Tapi disampaikan ulang lagi. Berarti belum selesai. Ada banyak masalah yang tinggal," kata dia.
Dia merujuk pada perbaikan infrastruktur dan peningkatan karakter yang disampaikan oleh pasangan Akhyar-Salman. Seharusnya, misi tersebut sudah selesai dilaksanakan.
Apalagi Akyar sebelumnya menjabat sebagai pucuk pimpinan Kota Medan, sedangkan Salman dengan latarbelakang sebagai legislator di DPRD Medan sebelum terpilih menjadi pimpinan di DPRD Sumatera Utara, tahun lalu.
Dengan memaparkan visi dan misi seperti itu, tentu publik bertanya-tanya, apa yang sudah dilakukan Akhyar dalam lima tahun belakangan di Pemko Medan.
Sementara, lanjut Akbar, pasangan calon nomor urut 2, Bobby-Aulia sebagai anak muda justru lebih menguasai masalah, dan menyampaikan visi misi secara terstruktur.
Dia menyebutkan, visi misi yang disampaikan Bobby-Aulia justru lebih aplikatif dibanding solusi yang ditawarkan Akhyar-Salman. Padahal, dengan visi-misi yang cenderung diulang oleh pasangan Akyar-Salman, seharusnya mereka lebih menguasai masalah.
"Tetapi justru ini kebalikannya. Bobby lebih paham mengenai masalah di Medan, dan solusi yang ditawarkan lebih menyentuh ke level masyarakat," terangnya. [] (PEN)