Jakarta - Tingkat pengangguran di Amerika Serikat (AS) pada September menurun dibandingkan Agustus dari 8,4 persen menjadi 7,9 persen. Dalam kondisi normal, penurunan tersebut tentunya menjadi kabar gembira buat Presiden Donald Trump yang ingin kembali terpilih suksesi kepemimpinan di Negeri Paman Sam bulan depan.
Namun saat ini dalam pandemi Covid-19 bukan kondisi yang normal. "Sebagai ringkasan statistik pasar tenaga kerja, tingkat surplus jumlah pekerja merupakan angka yang penting secara psikologis bagi pemilih petahana, Donald Trump," kata Michael Brown, ekonom utama dari Visa Master Card.
Pada April 2020, angka pengangguran bertengger di 14,7 persen, merupakan level tertinggi sejak depresi hebat.
Apalagi pada Jumat, pemerintah AS mengumumkan Presiden Trump positif terpapar Covid-19. Ini membuat pemilih AS berfokus pada Trump yang terbaring di rumah sakit ketimbang penurunan angka pengangguran.
"Para pemilih mungkin kini terpusat pada berita terkait virus Covid-19 daripada data ekonomi saat ini," tutur Brown.

Penurunan tingkat pengangguran September yang dilaporkan Departemen Tenaga kerja AS pada Jumat memperpanjang tren penurunan tajam. Pada April 2020, angka pengangguran bertengger di 14,7 persen, merupakan level tertinggi sejak depresi hebat.
Namun rincian lain dalam laporan itu tidak serta merta cocok dengan narasi Trump yang mengklaim ekonomi kembali hidup. Secara keseluruhan, dari 22 juta pekerjaan yang menyusut sejak Februari, ekonomi yang pulih baru separuhnya
"Memulihkan separuhnya lagi merupakan pekerjan yang jauh lebih sulit," kata Michael Arone, Kepala Strategi Investasi di State Street Global Advisers.
Sekitar 865 ribu wanita kehilangan pekerjaan pada bulan lalu. Data menunjukan, angka ini lebih tinggi empat kali lipat dari jumlah pengangguran pria. Latinas (wanita Amerika Latin) menyumbang lebih dari sepertiga penurunan.
Data pengangguran ini bisa jadi kunci harapan bagi Trump untuk terpilih kembali. Atau mungkin bisa jadi menjadi harapan bagi calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden. []
- Baca Juga: Pilpres AS, Joe Biden dan Kamala Serang Donald Trump
- Pilpres AS: China Pilih Mana, Trump atau Biden