Jakarta - Mantan narapidana terorisme Sofyan Tsauri menyebut Rabbial Muslim Nasution (RMN), pelaku bom bunuh diri di Polrestabes Medan, tengah melancarkan aksi balas dendam dengan tewasnya pimpinan ISIS Abu Bakr al-Baghdadi di tangan Amerika Serikat.
Menurut dia, pria berusia 24 tahun itu berafiliasi dengan ISIS dan sedang melakukan perlawanan dengan membangun sistem yang tidak tergantung kepada siapapun.
Pemimpin boleh mati tetapi pahamnya tidak akan mati. Maka ini akan senantiasa selalu menjadi ancaman bagi keamanan kita.
Kemudian, melalui aksi tunggalnya Rabu pagi kemarin, RMN berupaya membangun ideologi dan paham untuk dilanjutkan para jihadis berikutnya.
"Ini balas dendam karena terbunuhnya al-Baghdadi. Itu sangat mungkin. Bukan berarti kematian al-Baghdadi kemudian tidak ada ancaman lagi. Tetapi sebetulnya kelompok-kelompok jaringan ini (ISIS) dia membangun sistem, membangun ideologi dan paham," kata Sofyan saat dikonfirmasi Tagar, Kamis pagi, 14 November 2019.
Jadi, kematian al-Baghdadi, justru menjadi pemantik terhadap aksi-aksi teror lanjutan oleh para pengikut ISIS di Indonesia.
"Pemimpin boleh mati tetapi pahamnya tidak akan mati. Kematian seorang pemimpinnya tidak mengentikan perjuangan mereka. Maka ini akan senantiasa selalu menjadi ancaman bagi keamanan kita," ujarnya.
Sofyan menyarankan, program deradikalisasi yang dibangun pemerintah semestinya fokus melawan kontra radikal dan narasi. Sebab, dengan pidana penjara saja tidak akan menyelesaikan masalah.
"Mematahkan paham ideologi mereka dengan ideologi juga. Bukan dengan proses hukum yang tidak membuat mereka jera sampai kapanpun," kata dia.
Baca juga: Identitas Pelaku-Kronologis Bom Bunuh Diri di Medan

Hal senada diucapkan Pengamat Terorisme dari jurnal Intelijen, Stanislaus Riyanta. Dia sudah memperkirakan bakalan ada aksi teror bom bunuh diri seperti di Polrestabes Medan, pasca-kematian pimpinan ISIS Abu Bakr al-Baghdadi.
Menjadi triger, pendorong bagi orang untuk melakukan aksi balasan yang ditujukan kepada thogut.
Menurutnya, tewasnya Al-Baghdadi justru menjadi pemantik teroris di sini untuk melakukan aksi balas dendam kepada "Thogut".
"Fenomena aksi ini sudah bisa diprediksi sebelumnya terkait kematian al-Baghdadi menjadi triger, pendorong bagi orang untuk melakukan aksi balasan yang ditujukan kepada thogut" kata Stanislaus kepada Tagar, Rabu, 13 November 2019.
Stanislaus menjelaskan, yang dianggap thogut atau target utama para teroris ISIS ada tiga. Pertama, polisi. Kedua, rumah ibadah. Ketiga, simbol atau objek yang melambangkan Amerika.
Dia melanjutkan, sebaiknya aparat kepolisian saat ini patut mewaspadai aksi serangan lanjutan. Keberhasilan teror yang dilakukan bomber bukan menyoal banyaknya korban jiwa.
"Mereka targetnya menebar ketakutan dengan aksi-aksi teror. Melalui banyaknya pemberitaan di media semisal, mereka sudah berhasil membuat orang takut dan itu sudah dianggap keberhasilan mereka," ujarnya. []
Baca juga: Penuturan Saksi Mata Terorisme Bom Medan