Jakarta - Biro Investigasi Federal atau Federal Bureau of Investigation (FBI) Amerika Serikat menangkap tiga warga negara China karena terlibat dalam kasus penipuan visa. FBI juga berusaha untuk menangkap orang keempat yang diduga berada di konsulat Tiongkok di San Francisco.
"Para pelaku mengaku anggota angkatan bersenjatan China, diduga mereka berbohong," kata Departemen Kehakiman, mengutip keterangan FBI.
Baca Juga: AS Paksa China Tutup Kantor Konsulat di Houston
Penangkapan itu terjadi setelah AS mengumumkan seorang ilmuwan China berlindung di konsulat San Francisco, sehari setelah pejabat AS memerintahkan penutupan kantor konsulat di Houston,Texas. Penutupan itu terkait keterlibatan dalam pencurian hak kekayaan intelektual.
Ini adalah bagian lain dari rencana Partai Komunis Tiongkok untuk mengambil keuntungan dari masyarakat terbuka kita dan mengeksploitasi institusi akademik.

Pada hari Kamis, sebelum pengumuman penangkapan, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Wang Wenbin menyebutkan, tuduhan pencurian hak kekayaan intelektual itu sebagai fitnah yang jahat.
"China mendesak AS untuk segera menarik keputusannya yang salah, atau China pasti akan mengambil tanggapan yang layak dan perlu," kata Wang Wenbin.
Seperti diberitakan dari BBC News, Kamis, 23 Juli 2020, agen FBI juga telah mewawancarai orang-orang di 25 kota AS yang diduga memiliki afiliasi yang tersembunyi dengan militer China. Sementara Jaksa menyebutkan itu merupakan bagian dari program Tiongkok untuk mengirim militer yang menyamar ilmuwan ke AS.
Jaksa di Departemen Kehakiman AS, John C Demers mengatakan anggota Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) melamar visa penelitian untuk menyembunyikan identitasnya sebagai militer. "Ini adalah bagian lain dari rencana Partai Komunis Tiongkok untuk mengambil keuntungan dari masyarakat terbuka kita dan mengeksploitasi institusi akademik," ucapnya dalam keterangan pers.
Baca Juga: Menhan AS Merespons Ketegangan di Laut Cina Selatan
BBC mencatat ketegangan antara AS dengan Tiongkok semakin meningkat akhir-akhir ini. Pemerintahan Presiden Donald Trump berulang kali berselisih dengan Beijing mengenai perdagangan dan pandemi virus corona Covid-19, serta pemberlakuan UU Keamanan Nasional baru yang kontroversial di Hong Kong. []