Jakarta - Salah satu dampak peperangan Rusia dan Ukraina adalah warga Rusia yang tinggal di Indonesia menjadi kebakaran jenggot. Bagaimana tidak, kebijakan pemerintah yang memblokir kartu visa dan MasterCard menjadikan warga Rusia tidak bisa melakukan transaksi. Pakar Kripto dan Blockchain Edward Guustaf mengatakan jika warga Rusia menggunakan aset digitalnya untuk bertransaksi.
“Memang saat ini beberapa untuk pengusaha perusahaan-perusahaan di Rusia saat ini dan karyawan yang bekerja yang dari Rusia di Indonesia khusunya di Bali, di Canggu, jadi sebenarnya masih di bilang cukup terbantu. Karena masih ada pemanfaatan digital asset atau Cryptocurrency baik itu Bitcoin dan digital aset lainnya yang sebenarnya bisa digunakan untuk diikutkan di mata uang lokal seperti itu,” katanya dalam wawancara di Tagar TV pada Senin, 14 Maret 2022.
Karena salah satu efek yang dirasakan adalah pelarangan penggunaan visa bagi masyarakat Rusia dan MasterCard juga tidak bisa memanfaatkan itu untuk membayar kebutuhan sehari-hari karena kita bisa dibilang bahwa Bali sendiri memang menjadi tempat ideal bagi masyarakat Rusia untuk tinggal di Indonesia.

Edward mengatakan jika Kripto memilili peran dalam peperangan ini menjadi sebuah jembatan baru untuk elemen-elemen pemerintahan, akses kepada pemerintahan itu sebenarnya di baypass dengan adanya digital aset.
- Baca Juga: Perang Rusia-Ukraina: Indonesia harus belajar dari Turki Usmani pada Perang Dunia I
- Baca Juga: Soal Perang Rusia-Ukraina, Pakar Harap Indonesia Dapat Ikut Mencarikan Penyelesaian
“Kalau kita ngomongin dari situasi dan peran Kripto, memang kalau bisa kita lihat itu menjadi sebuah jembatan baru yang dimana elemen-elemen pemerintahan, akses kepada pemerintahan itu sebenarnya di baypass dengan adanya digital aset. Bisa dibilang saat ini kalau kita mengikuti beberapa keadaan Indonesia pada kenyataannya apa efek yang secara langsung dialami oleh masyarakat Indonesia,” katanya.
Invasi antara Rusia-Ukraina menjadi ketakutan bagi kalangan terlebih jika terjadi perang dunia ke III. Dalam hal ini Edward mengatakan jika dampak ekonomi ini tentu dirasakan oleh negara-negara lainnya, terlebih Rusia adalah negara pengekspor gas.
“Kita tahu bahwa tanpa adanya gas pun ini akan memberikan efek yang sangat berdampak pada keadaan ekonomi di Eropa khususnya. Nah, tentu kita jangan lupa juga memang saat ini banyak penekanan yang di keluarkan oleh negara-negara lain untuk menemukan tindak dari Rusia yang juga berdampak lagi kepada negara-negara yang tidak hanya di Rusia tapi di Asia, seperti itu,” katanya.
Edward menjelaskan jika dampak yang dirasakan masyarakat Indonesia khususnya Bali yang memang menjadi tempat ideal bagi masyarakat Rusia untuk tinggal di Indonesia.
“Karena salah satu efek yang dirasakan adalah pelarangan penggunaan visa bagi masyarakat Rusia dan MasterCard juga tidak bisa memanfaatkan itu untuk membayar kebutuhan sehari-hari karena kita bisa dibilang bahwa Bali sendiri memang menjadi tempat ideal bagi masyarakat Rusia untuk tinggal di Indonesia. Dan juga efek domino yang dirasakan adalah ke masyarakat lokal. Kenapa? Karena sejak efek kebijakan visa dan MasterCard itu dipost, masyarakat khususnya jadi kurang efektif dan produktif untuk melakukan transaksi,” katanya.
- Baca Juga: Deretan Alutsista yang Digunakan dalam Perang Rusia-Ukraina
- Baca Juga: Perang Rusia Ukraina Tewaskan Lebih dari 350 Rakyat Sipil
Dalam kasus ini, Edward mengatakan jika sebenarnya aset digital kurang tepat dijadikan sebagai alat tukar. Namun saat ini, keadaan menjadikan hal tersebut menjadi “tepat”.
“Memang pada dasarnya berdasarkan peraturan di luar negeri memang aset digital kurang tepat untuk dijadikan sebagai alat tukar. Tapi untuk saat ini memang karena beberapa keadaan banyak sekali orang lokal baik itu di Indonesia dan pengusaha mau nggak mau untuk menjaga kepastian daripada pemasukan mereka juga membuka oportunity untuk menerima aset digital sebagai alat bayar,” katanya.
(Ni Nyoman Mastika Mega Puspita)