Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) terbang menembus level psikologis 4000 di tengah pelemahan bursa saham regional yang khawatir dengan penyebaran virus corona atau Covid-19.
Pada pukul 09.08, IHSG menguat 186 poin atau 4,72 persen ke posisi 4.123,63. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak naik 39,4 poin atau 6,95 persen menjadi 606,23.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Bursa Efek Indonesia (BEI) Laksono W Widodo menilai penguatan signifikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak lepas dari naiknya bursa saham dunia.
Terutama, karena pasar saham Amerika Serikat (AS) yang menguat merespons paket stimulus yang digelontorkan Presiden AS Donald Trump sebesar 2 triliun dolar AS demi menanggulangi krisis akibat pandemi global.
"Bursa-bursa utama dunia mencatatkan kenaikan tajam terutama di AS karena solusi pemberian insentif ekonominya sudah disetujui. Jadi, kali ini IHSG juga mengikuti pola pergerakan indeks dunia yang ada sekarang," ujar Laksono di Jakarta, Kamis, 26 Maret 2020 seperti dilansir dari Antara.
Baca juga: Kapan IHSG dan Ekonomi Bangkit Kembali?
Pada minggu ini, secara akumulatif tren penurunan IHSG sebesar 6,2 persen karena ditekan oleh emiten perbankan. Meski demikian, emiten pertambangan selama dua hari perdagangan 23-24 Maret 2020 cukup mengalami tren peningkatan.
Sementara itu, bursa saham regional Asia antara lain indeks Nikkei melemah 602,9 poin atau 3,08 persen ke 18.943,7, indeks Hang Seng menguat 20,8 poin atau 0,09 persen ke 23.548, dan indeks Straits Times melemah 6,76 poin atau 0,27 persen ke 2.498,71.
Tim Riset Samuel Sekuritas menilai investor juga tampaknya masih "wait and see" menunggu data Klaim Pengangguran Awal (Initial Jobless Claims) AS per Maret yang diperkirakan akan naik signifikan. []
Sentimen lain masih berfokus pada pandemi global dan langkah pelonggaran kuantitatif tanpa batas (unlimited quantitative easing) yang akan dijalankan oleh AS dan pelonggaran kuantitatif dari Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) sebesar 750 miliar Euro.