TAGAR.id, Tokyo, Jepang – Perusahaan besar penyedia jasa transportasi kereta di Jepang, Tokyu, sekarang hanya menggunakan tenaga surya dan energi terbarukan lainnya untuk operasinya.
Keputusan Tokyu untuk mengambil pendekatan ramah lingkungan sebetulnya sudah dimulai sejak 1 April lalu. Dengan keputusan itu, emisi karbon dioksida Tokyu untuk jaringan tujuh jalur kereta, satu layanan trem, dan semua stasiunnya, menjadi nol mulai bulan keempat tahun 2022.
Yoshimasa Kitano, seorang Asisten Manajer Tokyu, mengatakan, semua peralatan yang digunakan perusahaannya mengandalkan sumber energi ramah lingkungan, bahkan termasuk untuk mesin penjual otomatis, layar kamera keamanan dan pencahayaan.

"Listrik yang kami gunakan sekarang hanya dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga surya, angin, air, panas bumi, biomassa. Kami dapat melacak dari mana asal semua energi yang kami terima berkat sistem sertifikasi," jelas Kitano.
Penumpang melewati gerbang tiket di Stasiun Shibuya Tokyu Railways, Tokyo, Rabu, 20 April 2022. (Foto: voaindonesia.com - AP/Eugene Hoshiko)
Tokyu, yang mempekerjakan 3.855 orang dan menghubungkan Tokyo dengan Yokohama di dekatnya, adalah operator kereta pertama di Jepang yang mencapai tujuan itu. Selain teknologi pembangkit listrik yang ramah lingkungan, Tokyu juga memanfaatkan baterai dan tenaga hidrogen
Masahiko Sakamoto, seorag asisten manajer Tokyu lainnya mengatakan, pengurangan emisi karbon dioksida yang dilakukan perusahaannya setara dengan emisi rata-rata tahunan 56.000 rumah tangga di Jepang.
"Kami ingin pelanggan kami memahami bahwa mengendarai kereta Tokyu sebenarnya berarti mengambil tindakan yang berkontribusi pada usaha penyelamatan lingkungan melalui pengurangan emisi karbon,” jelasnya.
Apa yang dilakukan Tokyu sangat penting bagi Jepang, penghasil karbon terbesar keenam di dunia, untuk mencapai tujuannya menjadi netral karbon pada tahun 2050.
Hanya sekitar 20 persen listrik Jepang berasal dari sumber terbarukan, menurut Institut Kebijakan Energi Berkelanjutan, sebuah organisasi penelitian nirlaba independen yang berbasis di Tokyo.
Penumpang melewati gerbang tiket di Stasiun Shibuya Tokyu Railways di Tokyo, Jepang, 20 April 2022. (Foto: voaindonesia.com - AP/Eugene Hoshiko)
Jepang masih jauh terbelakang dibandingkan dengan Selandia Baru, di mana 84% listrik yang digunakannya berasal dari sumber energi baru terbarukan. Selandia Baru sendiri berharap untuk membuatnya 100% pada tahun 2035.
Sejak bencana nuklir di Fukushima, Jepang telah menutup sebagian besar pembangkit listrik tenaga nuklirnya dan meningkatkan penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara.
Negara ini bertekad mendapatkan 36% hingga 38% energinya dari sumber-sumber terbarukan pada tahun 2030, sementara memangkas penggunaan energinya secara besar-besaran. (ab/uh)/voaindonesia.com. []
Turbin Memanfaatkan Angin Topan di Jepang
Turbin Angin Vertikal Dukung Teknologi Ramah Lingkungan
Penyimpanan Listrik Dengan Baterai Kian Diminati di Jerman
Internasional Apresiasi Jepang Netral Karbon Tahun 2050