Jakarta - Paus Fransiskus dalam pesan Natal tahun 2019 mengatakan Tuhan mencintai semua orang, sekalipun kita dalam kondisi buruk. Paus bernama asli Jorge Mario Bergoglio, kelahiran Buenon Aires, Argentina, 17 Desember 1936 itu berbicara kepada ribuan umat Katolik selama misa malam Natal di Basilika Santo Petrus, Vatikan.
Paus melanjutkan,"Anda mungkin punya gagasan yang salah. Anda mungkin telah mengacaukan segalanya....." Menurutnya, Natal untuk menjadi pengingat bahwa Tuhan mencintai semua tak terkecuali mereka yang berprilaku buruk.
"Bagi saya, bagi anda, bagi kita semua. Saya mencintai anda dan saya akan selalu mencintai anda karena anda begitu berharga di dalam diri saya," kata Paus Fransis yang berusia 83 tahun seperti diberitakan dari BBC News, Rabu 25 Desember 2019.
Berulang kali Paus menyebutkan kata cinta dalam pesan Natalnya. Seperti pesan berikutnya,"Tuhan tidak mencintai anda karena anda berpikir dan bertindak dengan cara yang benar. Tuhan mencintai anda, polos dan sederhana. CintaNya tak bersyarat, itu tergantung anda." Banyak yang menafsirkan, kutbah Paus ini menyinggung skandal seks yang melibatkan pendeta dan telah mencoreng gereja Katolik.
Paus Fransis akan kembali ke Basilika Santo Petrus pada hari Natal untuk menyampaikan pesan kepausan tradisional kepada dunia. Diantara mereka yang akan ambil bagian dalam misa adalah anak-anak terpilih dari sejumlah negara termasuk Venezuela, Irak, dan Uganda. Wartawan BBC Roma, Mark Lowen mengatakan ini merupakan isyarat yang jelas dari pemimpin 1,3 miliar umat Katolik yang selalu memperhatikan nasib para imigran dan korban perang, serta perluasan jangkauan gereja ke pinggiran.

Paus Fransis juga menyinggung tentang perilaku negatif pendeta dan skandal keuangan yang menimpa gereja. "Apa pun yang salah dalam hidup kita, apa pun yang menimpa gereja, apa pun masalah yang ada di dunia, tidak bisa dipakai menjadi alasan."
Apa maknanya? Dari kota dan desa-desa di Australia, sekolah-sekolah di Irlandia, dan kota-kota di Amerika Serikat, gereja Katolik menghadapi tuduhan pelecehan seksual terhadap anak-anak atau pedofilia dalam beberapa dekade terakhir. Kasus-kasus yang mengerikan itu menjadi berita utama dunia.
Paus menyebutkan kasus yang menjerat Kardinal George Pell yang dihukum karena perilaku menyimpang pedofilia terhadap dua anak laki-laki anggota paduan suara di Melbourne pada tahun 1996. Kardinal George Pell merupakan pimpinan Katolik tertinggi di Australia. Sebelumnya ia menjabat bendahara Vatikan, yang berarti Pell secara luas dipandang sebagai pejabat ketiga paling berpengaruh di gereja Katolik Roma.
Aturan Kerahasiaan Paus
Pekan lalu, Paus Fransis melakukan perubahan besar dengan menghapus aturan kerahasiaan paus yang menjadi pelindung para pendeta tak bermoral untu melakukan pedofilia. Selama ini, gereja dinilai melindungi pelaku pedofilia dengan tujuan untuk melindungi privasi korban dan reputasi pendeta.
Namun dokumen kepausan yang baru itu mencabut batasan usia mereka yang melaporkan terjadinya kasus pelecehan seksual atau mereka sendiri yang menjadi korban. Paus juga mengubah definisi pornografi anak, meningkat batasan usia dari 14 tahun menjadi 18 tahun.
Kepemimpinan Paus tengah menghadapi tekanan serius. Puas Fransis dinilai belum bisa memberikan solusi yang dapat diterapkan untuk menghadapi krisis gereja dalam beberapa tahun terakhir.
Seperti diberitakan sebelumnya pencabutan kerahasiaan kepausan dalam penyelidikan pedofilia merupakan tuntutan utama oleh para pemimpin gereja. Termasuk Scicluna dan kardinal Jerman Reinhard Marx, pada pertemuan puncak tentang pelecehan seksual yang diadakan di Vatikan pada bulan Februari.
Mereka berpendapat bahwa kerahasiaan dalam kasus pedofilia anak sudah ketinggalan zaman dan bahwa beberapa pejabat gereja bersembunyi di baliknya alih-alih bekerja sama dengan pihak berwenang. Scicluna mengatakan ketentuan baru ini membuka cara untuk berkomunikasi dengan para korban dan bekerja sama dengan negara. []
Baca Juga: