Yogyakarta - Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta menjemput 19 pasien pandemi dengan status Orang Tanpa Gejala (OTG) untuk selanjutnya diisolasi di tempat yang baru, yakni di Shelter Tegalrejo yang mulai beroperasi Selasa, 22 September 2020 sore. Shelter ini sendiri disiapkan Pemkot untuk mengisolasi mereka yang masuk dalam kategori OTG.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X melakukan peninjauan ke shelter ini, didampingi oleh Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti, Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Purwadi, Dandim 0734/Kota Yogyakarta Kolonel Arm. Tejo Widhuro, Kepala Pelaksana BPBD Kota Yogyakarta Octo Noor Arafat dan Kepala Diskominfosan Kota Yogyakarta Tri Hastono.
Pada arahan yang disampaikan, Sri Sultan HB X mengatakan bahwa shelter yang pembangunannya didanai Kementerian Pekerjaan Umum itu dibangun dengan sangat baik. “Pembangunan yang di sini jauh lebih bagus jika dibandingkan dengan rusunawa yang lain. Hanya saja, saya berharap, semoga nantinya pasien yang tinggal di sini sementara, jangan pernah merasa terbebani,” jelas Sultan.
Apalagi mereka kan menunggu dalam ketidakpastian. Takutnya dibawa ke tempat ini malah stres.
Raja Keraton Yogyakarta ini mengungkapkan, orang yang tinggal di shelter tersebut tetap harus dapat berkomunikasi dengan keluarganya secara intens. Di samping itu, Gubernur juga berharap bahwa OTG yang menempati shelter itu juga dapat diberikan ruang untuk bergerak dan menghirup udara segar.
Ngarsa Dalem, sapaan lain Sri Sultan HB X, mengungkapkan, langkah tersebut dilakukan agar yang menghuni tidak stress. "Apalagi mereka kan menunggu dalam ketidakpastian. Takutnya dibawa ke tempat ini malah stres," ungkapnya.

Sultan mengungkapkan, OTG yang menempati shelter ini dalam kondisi senang, jadi tidak seperti diasingkan. "Bagaimana dia tinggal di sini bisa ada ruang. Apakah memungkinkan kalau dia keluar dan berdialog namun tetap mengacu pada protokol kesehatan. Sehingga, adanya keleluasaan ini akan membuat dia tidak merasa sendirian,” katanya.
Sementara itu, Haryadi Suyuti memastikan, proses pelayanan di Selter Tegalrejo akan dilakukan secara maksimal. Selain menyiapkan tim dokter, juga akan ada tim psikologis yang akan mendampingi para penghuni shelter ini.
“Supaya suasananya juga menyenangkan, nanti akan ada tempat untuk saling bersosialisasi, grup WhatsApp sehingga mereka tidak bosan, kami gunakan pendekatan kemanusiaan supaya mereka tidak begitu merasa diisolasi. Mereka dikumpulkan di shelter ini supaya proses penyembuhan semakin baik dan tidak menambah penularan,” katanya.
Adapun Shelter Tegalrejo ini berjumlah 10 kamar pada lantai satu, serta 16 kamar pada lantai dua dan tiga, shelter ini diprioritaskan untuk dihuni tunawisma, anak-anak, warga miskin tersuspek virus yang telah diseleksi Pemkot Yogyakarta. Selain kamar, terdapat fasilitas lain yang tersedia di area shelter yakni zona dekontaminasi, wastafel, logistik, serta dipantau oleh kamera pengawas selama 24 jam. []