Mataram, (Tagar 31/10/2017) – Dua jenazah terduga teroris asal Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang tewas dalam kontak tembak dengan Tim Detasemen Khusus 88/Antiteror dibantu anggota kepolisian setempat, tiba di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram, pada Selasa (31/10) pagi.
Kedua jenazah yang saat ini telah berada di ruang autopsi RS Bhayangkara Mataram itu, tiba pada Selasa (31/10) pukul 06.15 Wita, dengan pengawalan ketat Tim Satbrimobda Polda NTB.
“Kita sudah hubungi pihak keluarganya dan sekarang masih dalam perjalanan ke sini," kata Wakapolda NTB Kombes Pol Tajuddin usai melihat kedua jenazah di RS Bhayangkara Mataram, Selasa (31/10).
Terkait dengan identitas keduanya, Tajuddin belum mengungkapkan secara detail. Namun, dia memastikan identitas keduanya sudah dikantongi oleh anggota, termasuk identitas rekannya yang diketahui kabur usai kontak tembak.
“Untuk identitasnya sudah ada, termasuk kelompoknya. Sekarang anggota masih di lapangan melakukan pengejaran," ujarnya.
Kontak tembak antara aparat dengan kelompok teroris itu, terjadi pada Senin (30/10), pukul 09.50 Wita, di Gunung Ritu Asa Kota, Desa Mawu Rite, Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima.
Akibat kontak tembak tersebut, dua anggota dari kelompok teroris asal Bima, dinyatakan tewas.
Menurut informasi yang dihimpun di lapangan, identitas dua terduga teroris yang tewas dalam kontak tembak itu adalah Muhammad Amirullah alias One Dance (37) dan Rahmad Fadhlidzil Jalal alias Yaman (27).
Terlibat Penembakan Polisi
Sebelumnya, Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigjen Pol Rikwanto menyebutkan, yang tertembak adalah Amir alias Dance dan Yaman.
“Dalam baku tembak tersebut, tim Densus berhadapan dengan empat pelaku bersenjata. Sementara dua orang pelaku lainnya yang diduga bernama Iqbal dan Nandar lolos dari kejaran petugas,” kata Rikwanto di Jakarta, Senin (30/10) malam.
Rikwanto menerangkan Iqbal, Nandar dan Yaman diketahui merupakan anggota kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bima.
Sementara Amir alias Dance merupakan anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan mendiang Santoso alias Abu Wardah.
"Dia juga diketahui menerima perintah dari Santoso untuk melakukan teror di Bima," kata Rikwanto.
Para tersangka tersebut diduga terlibat dalam peristiwa penembakan terhadap polisi yang terjadi di Bima pada 11 September 2017. Dalam penangkapan Amir dan Yaman, tim Densus menemukan satu pucuk senjata rakitan yang diduga digunakan tersangka untuk menembak polisi.
"Senjata masih dalam proses identifikasi," kata Rikwanto. (ant/yps)