Jakarta - Sejumlah pohon yang dulunya rindang di sepanjang trotoar Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat kini telah ditebangi. Keputusan pemotongan pohon angsana dan beringin itu banyak diperbincangan publik.
Kepala Dinas Kehutanan DKI Jakarta Suzi Marsitawati mengatakan penebasan pohon itu merupakan bagian dari revitaslisasi trotoar. Selain itu, penebangan itu dimaksudkan untuk peremajaan pohon pelindung.
"Karena sifat dari angsana adalah tumbuh dengan cepat, tapi kelemahannya untuk jenis Angsana adalah pada usia," kata Suzi, Selasa, 12 November 2019.
Suzi mengatakan pohon angsana meski terlihat rindang dengan banyaknya cabang, tapi batang dan akarnya keropos. Hal tersebut yang menjadi pertimbangan agar tidak roboh dan membahayakan orang suatu saat, maka diputuskan untuk dipotong.
"Akarnya tidak merusak konstruksi pedestrian, dan memiliki keindahan dengan warna-warna bunganya yang menarik. Selain itu juga memiliki kemampuan untuk menyerap polutan," ujarnya.
Kawasan Jalan Ahmad Yani Surabaya, perpaduan mendung dan tabebuya bermekaran, teduh dan romantis. (Foto: Instagram/eleanorabrio)
Pohon Angsana
Tanaman ini memiliki nama beragam, seperti di Filipina disebut Narra, di Inggris dengan nama Redwood, Prancis mengatakan Amboine, dan lain-lain. Pohon ini memiliki nama latin Pterocarpus indicius dan masuk ke dalam famili Fabaceae (pohon dengan buah polong-polongan).
Dalam perkembangannya, angsana memiliki daya tumbuh kembang pada habitat tropis dengan ukuran 600 meter diatas permukaan laut. Angsana juga mudah diperbanyak dengan biji maupun stek cabang dan rantingnya.
Untuk tingginya, pohon ini mampu tumbuh hingga 33 meter dan memiliki diameter sekitar 2 meter. Ketinggian itu dapat dicapai dalam jangka waktu 11 tahun atau tumbuh rata-rata 1,2 meter per tahun.
Pada dasarnya, menanam bibit angsana secara langsung lebih kuat dibandingkan stek batang yang akarnya tidak terlalu dalam. Namun, biasanya angsana dari stek batang lebih banyak digunakan di trotoar-trotoar kota.

Digantikan Pohon Tabebuya
Pohon Tabebuya disebut akan menggantikan posisi pohon angsana. Hal itu kata Suzi karena Tabebuya memiliki karakteristik yang tidak terlalu besar. Pohon ini memiliki tinggi maksimal kurang dari 10 meter.
Menurut Suzi di bawah pohon pelindung akan ditanami tanaman yang fungsinya untuk menyerap polutan dari kendaraan bermotor.
"Seperti (tanaman) soka, bougenville, dan beberapa jenis lain yang sesuai dengan karakteristik wilayah," kata Suzi.
Tabebuya memiliki nama Tabebuia chrysotricha, yaitu genus yang menjadi bagian dari family Bignoniaceae. Pohon ini berbentuk semak belukar.
Pohon tabebuya bergantung pada terpaan sinar langsung untuk tumbuh tapi juga dapat beradaptasi di bawah bayangan matahari.
Pohon ini juga berkembang biak melalui biji atau dengan cara vegetatif. Warna bunga tabebuya yang cerah ketika mekar membuat tumbuhan ini dijadikan tanaman hias untuk mempercantik jalan, teras, dan sebagainya.
Jika dilihat, Tabebuia dianggap sama dengan Handroanthus. Pasalnya, saat tabebuya bermekaran di Surabaya pada tahun lalu, misalnya, banyak yang mengira bahwa spesiesnya Handroanthus chrysotricha. []