Jakarta – Polisi bersenjata di Myanmar sekali lagi melakukan patroli malam pada hari Senin, 8 Maret 2021, meneriakkan kata-kata kasar, menembaki gedung-gedung dan melakukan penangkapan. Unjuk rasa di Myanmar terus berlanjut menentang kudeta militer terhadap pemimpin sipil de facto, Aung San Suu Kyi, pada 1 Februari 2021.
Sebuah video yang direkam di distrik Yangon, menunjukkan lebih dari 20 polisi berkerumun di jalan, di sekitar sudut dan melepaskan tembakan. Mereka menunjuk ke jendela atau balkon dan menembakkan senjata api.
Ilustrasi: Bentrokan baru terjadi antara polisi dan pengunjuk rasa di Yangon, Myanmar, pada hari Sabtu, 6 Maret 2021 (Foto: bbc.com/indonesia – EPA)
Berbagai laporan muncul bahwa pasukan keamanan menggunakan granat kejut dan peluru karet dalam aksinya pada Senin, 8 Maret 2021, malam di Yangon.
Taktik tersebut tampaknya untuk menebar ketakutan dan mengganggu tidur warga, guna melemahkan tekad mereka yang menentang kudeta militer bulan Februari 2021 lalu.

Taktik apparat keamanan itu dilakukan pada malam yang dramatis di kota terbesar negara itu, ketika ribuan penduduk melanggar jam malam untuk menunjukkan dukungan kepada sekelompok pengunjuk rasa anti-kudeta yang telah dikepung oleh polisi di sebuah kantong jalan.
Penduduk keluar dari rumah mereka, menyanyikan lagu-lagu menentang kudeta dan memukul-mukul panci, wajan, dan peralatan lainnya bersama-sama, sebagian dengan harapan dapat mengalihkan perhatian polisi dari para pengunjuk rasa yang diburu (lt/ps)/Reuters/Associated Press/voaindonesia.com. []