Jakarta – Politisi Partai NasDem Irma Surtani Chaniago mempertanyakan Pandu Riono, yang selama ini dikenal sebagai epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI). Sebab menurut Irma, statement yang dikeluarkan Pandu Riono tidak mencerminkan seorang akademisi tapi lebih seperti buzzer tim sukses capres tertentu.
Pandu Riono membuat statement, pada Senin, 5 Juli 2021, yang menyebut Anies Baswedan usul pengetatan dan ditolak oleh pusat, sementara Anies, pada tanggal 20 April 2021, menyatakan 'kemenangan melawan C-19 sudah di depan mata'.
Irma mengatakan bahwa Pandu bukanlah akademisi dan bukan epidemiolog, karena statemennya menunjukkan yang bersangkutan seperti politisi merangkap sebagai buzzer oknum tertentu.
Seharusnya seorang epidemiolog itu bicaranya soal virus bagaimana cara menanggulanginya apa yang harus dilakukan oleh pemerintah solusinya apa.

Sebelumnya, Pandu Riono juga pernah mengatakan bahwa Erick Thohir berbohong soal obat Invermectin untuk Covid-19, nyatanya Erick Thohir sendiri tidak mengatakan obat tersebut sebagai obat Covid tetapi sebagai obat terapi Covid-19.
“Janganlah under estimate, jangan sembarangan ngomong sebagai epidemiolog jangan sembarangan bicara apalagi menyampaikan ke publik bahwa Pak Erick Thohir itu berbohong, saya kira itu nggak pantes untuk sekelas epidemiolog,” ujar Irma saat diwawancarai Tagar TV, Rabu, 7 Juli 2021.
Irma juga mempertanyakan sebenarnya apa posisi Pandu Riono seorang epidemiolog, seorang politisi, ataukah seorang buzzer oknom tertentu.
“Ini perlu dapat penjelasan agar publik tidak mendapatkan informasi yang tidak betul,” ujarnya.
Irma juga mengatakan bahwa Pandu Riono lebih sering berkecimpung diranah politik sehingga ia menilai bahwa Pandu Riono bukan seorang epidemiolog dan akademisi.
Bahkan, kata Irma, saat ini juga banyak seorang akademisi atau ilmuwan yang independen terhadap praktik politik, dan makin banyak yang berani terbuka menunjukkan arah politiknya.
“Seharusnya seorang epidemiolog itu bicaranya soal virus, bagaimana cara menanggulanginya, apa yang harus dilakukan oleh pemerintah, solusinya apa. Itu semua harus terukur karena dia epidemiolog jangan kemudian akademisi jadi politisi,” ujar Irma.
Irma menyarankan bagi para akademisi jika ada sesuatu yang ingin disampaikan kepada pemerintah, harus tabayyun dan bicara dengan orang yang memiliki keterkaitannya secara langsung sebelum di sampaikan ke publik. []