Profil Jenderal Iran Qassem Soleimani

Qassem Soleimani merupakan tokoh militer berpengaruh di Iran sebagai pemimpin pasukan elit Quds. Dia tewas oleh pasukan militer Amerika Serikat.
Pemimpin Pasukan Elit Iran, Quds Qassem Soleimani. (Foto: Washingtonpost)

Jakarta - Mayor Jenderal Qassem Soleimani merupakan tokoh militer berpengaruh di Iran yang bertugas sebagai komandan Pasukan Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Quds sejak 1998. Pasukan tersebut bertanggung jawab dalam operasi ekstrateritorial.

Soleimani lahir 11 Maret 1957 di desa Qanat-e Malek, Provinsi Kerman. Ayahnya merupakan seorang petani miskin yang terlilit utang dan mendapatkan sebidang tanah dari pemerintah Iran era Reza Pahlevi. Ibunya, Fatemah, wafat pada 2013.  

Menginjak usia muda tahun 1975, Soleimani pindah ke Kota Kerman dan bekerja sebagai kontraktor di perusahaan air di sana untuk membantu melunasi utang sang ayah. 

Selain bekerja, dia sering mengikuti khotbah yang disampaikan murid Ayatollah Khomeini, Hojjat Kamyab.

Tokoh Militer Berpengaruh di Iran

Selama kepemimpinan Soleimani di pasukan Quds, dia sempat melakukan beberapa operasi kawasan, seperti memberikan bantuan militer kepada Hizbullah di Lebanon, Hamas di Palestina, hingga mendukung Presiden Bashar Al-Assad ketika berkecamuk perang saudara di Suriah pada 2012.

Soleimani merupakan veteran perang Iran-Irak (1980-1988), hingga akhirnya bertugas untuk mendukung pasukan pemberontak pemerintahan Saddam Husein di Irak pada 1991. 

Dia juga menyiapkan pembentukan pemerintahan Irak usai Saddam berhasil dijungkalkan oleh invasi Amerika Serikat (AS) dan sekutu.

Meski sejumlah sumber menyebutkan dia hanya mendapat pelatihan militer yang minim. Namun, orang kepercayaan Ayatollah Khomeini ini mendapat kenaikan pangkat dalam waktu yang singkat. 

Dia memulai kariernya dengan menjadi pengawal di barat laut Iran yang menangani pemberontakan separatis Kurdi di Provinsi Azerbaijan Barat.

Kepopulerannya di Iran semakin tak terbendung ketika dia bersama tim berhasil merebut kembali wilayah yang sempat diduduki Irak pada sebuah operasi militer. Oleh karena itu dia ditunjuk menjadi komandan Divisi Sarallah 41 di usia yang masih muda. 

Pada 2008, Soleimani berperan aktif dalam memimpin sebuah rencara gencatan senjata antara tentara Irak dan tentara Mahdi, sebuah pasukan milisi syiah di Irak.

Sejumlah analis menilai Soleimani memiliki pengaruh diplomatik yang lebih besar dibanding Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif. Bahkan, timbul spekulasi, jenderal bertubuh mungil itu ada hasrat menjadi Presiden Iran. 

Namun, dia menepis rumor soal suatu hari akan mencalonkan diri sebagai presiden. Sang jenderal justru fokus memainkan peran kunci dalam politik tetangga Iran-Irak.

Soleimani sangat digandrungi rakyat Iran karena kelihaiannya dalam menelurkan strategi dan taktik militer dalam upaya Iran memerangi pengaruh Barat dan memperluas ekspansi syiah dan pengaruh Iran di seluruh Timur Tengah.

Pemimpin Quds ini tidak hanya berpengaruh di kawasan Timur Tengah. Dia bahkan disebut-sebut sebagai dalang dari upaya pembunuhan Duta Besar Arab Saudi untuk AS di sebuah restoran Italia di Georgetown beberapa tahun lalu.

Kematian Sang Jenderal

Ketika Presiden AS Donald Trump memberlakukan kebijakan dengan menarik AS dari penjanjian nuklir dengan Iran, serta negara-negara lain, pasukan Quds malah bersitegang dengan AS.

Bahkan, di Irak milisi syiah melancarkan serangan kepada AS di negara kaya minyak itu. Hingga pada akhirnya dalam sebuah serangan mengakibatkan salah seorang kontraktor AS tewas, militer Negeri Paman Sam kemudian membalas serangan itu dengan menyasar pangkalan militer di sepanjang perbatasan Suriah yang digunakan kelompok Kataib Hezbollah. 

Dalam pertempuran tersebut 25 milisi syiah tewas dan 50 lainnya mengalami luka-luka.

Puncaknya, pada malam tahun baru lalu, milisi syiah dan pendukungnya menyerbu kompleks Kedutaan Besar AS di Baghdad. Meski tidak ada korban, namun Gedung Putih menyatakan Iran bertanggung jawab dan harus menanggung akibatnya.

Setelah itu AS makin gencar melancarkan serangan udara. Pada Jumat pagi, 3 Januari 2020, serangan tersebut menewaskan Soleimani beserta Komandan Milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis di Baghdad.

Sejumlah pengamat menyebut pengaruh dan posisi Qassem Soleimani layaknya wakil presiden AS. Sebab, dia bisa mengambil keputusan tanpa persetujuan atasan. Selain itu, mereka sepakat menganggap Soleimani adalah sosok yang unik dan mungkin tidak tergantikan di Iran. 

Sebelumnya, Soleimani telah bebarapa kali diisukan mati, seperti pada insiden kecelakaan pesawat 2006 yang menewaskan pejabat militer lainnya di Iran barat laut. Kemudian pada kejadian pemboman 2012 di Damaskus yang menewaskan pembantu utama Bashar Assad.

Selanjutnya pada November 2015, Qassem Soleimani juga dikabarkan terbunuh atau terluka parah pasukan pimpinan yang setia pada Assad ketika mereka bertempur di sekitar Aleppo, Suriah. []

Berita terkait
Iran Tunjuk Pengganti Jenderal Qassem Soleimani
Pemimpin Agung Iran Ali Khamenei menunjuk pengganti komandan pasukan Quds Garda Revolusi Iran pengganti Jenderal Qassem Soleimani.
Harga Minyak Melonjak Pasca Tewasnya Jenderal Iran
Serangan udara pasukan tentara AS di dekat bandara internasional Baghdad menewaskan pimpinan pasukan khusus Iran, Quds, Jenderal Qassem Soleimani.
Jenderal Iran Terbunuh oleh AS, World War 3 Trending
World War 3 dan WWIII menduduki trending sebagai topik terpanas yang diperbincangkan warganet penghuni media sosial Twitter sedunia.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.