Jakarta - Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Ahmad Djuhara mengembuskan napas terakhirnya pada Jumat, 27 Maret 2020 di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta Utara. Hingga saat ini, belum ada kejelasan terkait penyebab meninggalnya salah satu arsitek kebanggaan Indonesia ini.
Dari informasi yang dihimpun Tagar, pria kelahiran 22 November 1966 ini sempat melakukan tes swab sebanyak 2 kali dan hasilnya menunjukan Djuhara negatif virus corona atau Covid-19.
Namun, di hari yang sama dengan hari meninggalnya Djuhara, pihak RSPI mengeluarkan keterangan resmi tentang dua pasiennya yang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) virus corona telah meninggal dunia.
"Dalam 24 jam ini, ada dua orang PDP yang meninggal," ujar Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso Mohammad Syahril dalam keterangan resminya, Jumat, 27 Maret 2020.
Pria kelahiran Jakarta, 53 tahun silam ini tercatat pernah menjabat sebagai Ketua Umum IAI selama dua kali masa kepengurusan yaitu pada periode 2015-2018 dan 2018-2021.
Ketertarikannya pada dunia arstiek mulai terlihat sejak menjadi mahasiswa di Jurusan Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan Bandung.
Baca juga: Imam Suroso, Anggota DPR Wafat PDP Kasus Corona
Saat itu, pria yang akrab disapa Juju ini pernah dipercaya menjabat sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Arsitektur Universitas Parahyangan.
Setelah meraih gelar sarjananya pada 1991, dia memulai kariernya sebagai arsitek untuk beberapa proyek di PT Pacific Adhika Internusa (PAI).
Setelah tujuh tahun bekerja untuk PT PAI, Juju memutuskan untuk keluar. Dia sempat beberapa kali berpindah-pindah kerja di berbagai perusahaan seperti Procon Indah Desainer Interior, dan Jeffrey Budiman Architects. Hingga pada 2001, Juju mendirikan firma arsiteknya sendiri. Kemudian mendirikan Djuhara + Djuhara bersama Wendy Djuhara pada 2004.
Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Ahmad Djuhara meninggal dunia. (Foto: archnet.org)
Sejak mendirikan firma arsitek, Juju mulai aktif berorganisasi. Sebelum masuk di tingkat pusat, dia pernah tergabung dalam IAI Jakarta dan sering dipercaya untuk mengemban tanggung jawab besar seperti Ketua Badan Sistem Informasi Arsitektur pada 2000-2002, Ketua Badan Keprofesian pada 2003-2006, Ketua Pokja Tatanan Kerja Arsitek di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 2005, dan Ketua IAI Jakarta periode 2006-2009.
Baca juga: Profil Fachmi Idris, Direktur Utama BPJS Kesehatan
Selama aktif di IAI Jakarta, Juju pernah meraih sejumlah penghargaan seperti IAI Award - Citation Award pada 2005, Penghargaan III - Maket Terbaik dari International Architecture Biennale Rotterdam 2005 untuk Maket Batavia 1681 pada 2005, dan Penghargaan Utama IAI Award 2008 untuk Rumah Baja Wisnu.
Juju juga pernah ditunjuk sebagai technical reviewer untuk berbagai ajang penghargaan seperti Pertubuhan Akitek Malaysia (PAM) Awards 2011 Overseas - House at Kebayoran Baru dan Overseas - House at Pondok Indah.
Tak hanya itu, dia juga dipercaya sebagai reviewer untuk ajang Aga Khan Award for Architecture Cycle 2013 Museum of Handcraft Paper di Yunnan, China, dan Aga Khan Award for Architecture Cycle 2016 di Beijing, China.
Selama berkarier sebagai arsitek, Juju rajin mengikuti berbagai pameran di dalam maupun di luar negeri. Beberapa di antaranya, Pameran Karya Arsitek Muda Indonesia di Staad huis, Den Haag, Belanda, dan Servants Right to Space pada International Architecture Biennale Rotterdam (2005).
Pada 2013, dia dipercaya menduduki jabatan sebagai Wakil Direktur Departemen Edukasi Green Building Council Indonesia. Juju juga menjadi salah satu Anggota Pokja Rancangan Undang-Undang Arsitek IAI. Di tahun yang sama, dia juga menjadi Committe Member House Indonesia (Atap Jakarta). []