Proyek Mangkrak Sky Bridge Medan Jadi Sorotan

Pasalnya, proyek yang dibangun pada masa kepemimpinan Wali Kota Medan Rahudman Harahap ini mangkrak dan tak digunakan.
Sky Cross Medan yang terbengkalai. (Foto: Tagar/Tonggo Simangunsong)

Medan - Sky Bridge yang menghubungkan Merdeka Walk dengan Stasiun Kereta Api Medan kerap menjadi sorotan. Pasalnya, proyek yang dibangun pada masa kepemimpinan Wali Kota Medan Rahudman Harahap ini mangkrak dan tak digunakan.

Pengamatan Tagar, Jumat 26 Juli 2019, jembatan penyeberangan yang berada di atas Jalan Stasiun Kereta Api itu tampak kian tak terurus.

Bahkan, di area menuju tangga masuk mulai tumbuh reruputan liar. Jembatan itu sama sekali tidak pernah digunakan warga, khususnya penumpang yang ingin ke stasiun kereta api.

Beberapa pengemudi ojek online tampak sedang mangkal di bawahnya. Karena lumayan teduh, sejumlah penjual buku bekas juga kerap menjadikannya tempat mangkal.

"Mau cari buku bekas, Bang?" tanya seorang penjual buku yang berada di pagar Merdeka Walk tepat di bawah jembatan yang dibangun dari dana APBD Kota Medan 2012-2014 senilai Rp 35 miliar itu.

Jembatan penyeberangan itu kerap menjadi bahan obrolan, namun seolah menjadi obrolan angin lalu. Tak ada aksi untuk menyelesaikannya.

"Warga Medan ini terlalu permisif untuk hal semacam itu, selain bangunan tua yang nasib entah bagaimana, ada juga proyek yang tak jelas. Contohnya sky cross yang di Jalan Stasiun Kereta Api itu," ujar Irwansyah Harahap, warga Medan saat ngobrol-ngobrol tentang masa depan Kota Medan, baru-baru ini.

Karena itu, katanya, siapa mau jadi Wali Kota Medan harus bisa menyelesaikan semua persoalan itu

Harusnya, katanya, warga bisa menuntut wali kotanya untuk meminta pertanggungjawaban. Tapi, itu tidak terjadi di Medan. Tidak ada gerakan dari masyarakat untuk meluruskan itu semua.

"Padahal jelas-jelas itu kan hal yang tidak wajar, bisa terbelangkalai selama itu," kata seniman yang juga merupakan akademisi itu.

Karena itu, karena Irwansyah, ke depan Wali Kota Medan sudah pantas membangun kota ini dengan azas seni dan budaya. Sehingga, setiap pembangunan di kota ini, memikirkan aspek seni dan budaya.

"Saya sengaja diundang ke Wellington, tidak ngapa-ngapain, hanya disuruh melihat-lihat apa yang dikerjakan wali kotanya di sana. Setelah saya amati, ternyata benar, sebuah kota itu harus dibangun dengan melibatkan seniman.

Sehingga apa yang dibutuhkan kota itu terpenuhi, tidak hanya sekadar bangun tapi tidak ada filosofinya," katanya.

Jaya Arjuna, warga Medan yang mantan dosen teknik mesin Universitas Sumatera Utara (USU), berpendapat, tidak sedikit pembangunan di kota ini yang menyalahi aturan. Misalnya, taman yang dipagar, padahal taman itu kan milik rakyat.

Ada lagi Gedung Balaikota yang diprivatisasi, sehingga warga Medan sendiri harus bayar kalau masuk ke sana.

"Karena itu, katanya, siapa mau jadi Wali Kota Medan harus bisa menyelesaikan semua persoalan itu," katanya, pada obrolan yang saat itu hadir Shakyan Asmara, yang kabarnya akan maju jadi Wali Kota Medan.

Ia merupakan anak Medan, akademisi, tokoh pemuda yang pernah menjabat Deputi Pemberdayaan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga. []

Baca juga:

Berita terkait
0
Mendagri Lantik Tomsi Tohir sebagai Irjen Kemendagri
Mendagri mengucapkan selamat datang, atas bergabungnya Tomsi Tohir menjadi bagian keluarga besar Kemendagri.