Bantaeng - Puisi cinta bertitel Selain Cinta dipersembahkan seniman di timur Indonesia untuk para pejuang Covid-19 di Tanah Air. Tidak hanya untuk para petugas medis dan relawan yang saban hari berjibaku dengan virus corona, semangat dari puisi itu juga dipersembahkan bagi jurnalis.
Bukan puisi biasa. Puisi itu karya Muhary Wahyu Nurba, seorang penulis dan aktor asal Makassar, Sulawesi Selatan. Diolah dan diaransemen oleh anak-anak muda Bantaeng menjadi musikalisasi doa yang membangkitkan keoptimisan melampaui badai corona.
Adalah Komplen, akronim dari Komunitas Pakampong Tulen. Sebuah perkumpulan para pelaku seni dan budaya yang eksis di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Di masa pandemi mereka hadir menyajikan lantunan yang menyentuh jiwa lewat musikalisasi Selain Cinta.
Sebuah karya yang mencoba menginterprestasi sesuatu, dimana orang-orang bisa merasakan serta menikmati bahagia, kesejukan, dan pastinya cinta.
Bemula dari kontak yang terjalin antara Muhary dengan Dion Syaif Saen, salah satu personel Komplen, di pekan terakhir bulan Maret. Di ujung pembicaraan keduanya meluncur rangkaian kata-kata indah Selain Cinta.
"Kalau tidak salah, Kak Muhary mengirim puisinya itu sebulan lalu, 27 Maret," kata Dion saat berbagi cerita dengan Tagar tepat di hari Puisi Nasional, di base camp Komplen, di Jalan Bissampole, Selasa, 28 April 2020.
Dari situ, rencana persembahan seni lewat dunia digital mulai disusun, melewati berbagai perombakan aransemen tanpa mengubah sedikitpun isi puisi. Seingat Dion, terjadi tiga kali revisi latarbelakang musik maupun nada selama mengolah puisi tersebut.
"Menjadi tantangan dan penghargaan yang tinggi bagi kami dalam mengerjakan musikalisasi puisi Selain Cinta ini," ujar dia.
Di mata Dion, Selain Cinta merupakan sebuah karya yang dipersembahkan dengan nilai-nilai keluhuran, kejujuran, keihlasan, kekhidmatan. Makna yang terbersit dalam puisi itu begitu kuat. Ada banyak harapan dan sebuah optimisme serta penghargaan tertanam di dalamnya.
Gambaran sederhananya, di saat berbagai masalah dan musibah menimpa, jangan pernah melupakan kekuatan yang bernama cinta. "Sebuah karya yang mencoba menginterprestasi sesuatu, dimana orang-orang bisa merasakan serta menikmati bahagia, kesejukan, dan pastinya cinta," tutur pria yang gemar bertopi ini.
Proses Pengerjaan
Dion Syaif Saen, Ketua Komplen Bantaeng. (Foto: Facebook/Dion Syaif Saen)
Proses pengerjaan musik dan pengambilan gambar Selain Cinta berlangsung hampir sebulan sejak puisi Muhary diterima Dion. Tidak terbersit sedikitpun untuk mencari sponsor atau mendapat keuntungan dari karya mereka. Semuanya dikerjakan mengalir, tanpa beban namun tidak mengabaikan nilai sebuah seni.
Pengambilan gambar mengambil setting di salah satu ruang di Kantor KPU Bantaeng, kawasan Jalan Andi Mannappiang. Dan untuk musiknya, Dion bertindak sebagai main vocal. Suaranya lantang menggema, tak ragu setiap nada yang keluar dari rongga mulutnya mampu menyampaikan rasa dari setiap kata.
Aransemen musik digarap personel Komplen lain, yakni Muhammad Aidil dan Irsandi Idrus atau yang akrab disapa Ashok. Ashok, alumnus jurusan Seni Drama, Tari, dan Musik atau Sendratasik Universitas Negeri Makassar (UNM). Bukan hal sulit untuk mendesain sebuah musik menyesuaikan rasa yang termakna di Selain Cinta.
Yang paling penting dalam menggarap sebuah lagu, ketika kerja keroyokan harus bersikap jujur dan ikhlas.
Ashok juga turut berbagi cerita dengan Tagar, bagaimana ia menghabiskan beberapa pekan untuk merangkai nada. "Dalam proses penggarapan lagu Selain Cinta banyak pelajaran yang bisa kami petik meskipun penggarapan musiknya cukup sederhana," kata Ashok mengawali pembicaraan
Pastinya, Ashok dan Aidil terinspirasi dari sejumlah kejadian di sekitarnya. Bagaimana reaksi orang-orang terhadap penyebaran Covid ini. Ada yang takut, ada pula yang terus menyemangati memberi energi positif.
Dari situ, terciptalah rangkaian nada yang mampu mencampurkan ragam rasa. Ada pasrah, semangat, kekuatan, semua itu teraduk dalam untaian musik yang dihasilkan gitar, biola dan kibor.
"Kami kerja kolektif secara tim, tak ada senior junior, karena yang utama dalam hal ini adalah bagaimana rasa itu bisa mengalun seiring nada," ujar Ashok.
Kata dia, masing-masing orang memiliki selera musik yang berbeda. Begitupun dalam proses pengerjaan, muncul karakter musik yang beragam merupakan sebuah kewajaran dalam dunia kolaborasi seni. Malah menjadi hal unik dan punya nilai tersendiri.
"Yang paling penting dalam menggarap sebuah lagu, ketika kerja keroyokan harus bersikap jujur dan ikhlas. Karena memang kami inginkan hasil musik yang tulus," tambah pria yang piawai memainkan beragam alat musik ini.
Dion dan Ashok sepakat musikalisasi puisi ini merupakan persembahan. Sebuah aksi kecil, mewakili rasa terimakasih kepada setiap orang yang berada di barisan depan penanganan Covid-19, baik mereka yang mengobati, merawat maupun yang memberitakan.
"Karya ini tercipta sebagai wujud sebuah sinergitas secara alamiah, proses penggarapannya mengalir begitu saja dengan kerja tim. Semoga mampu menjadi bentuk dukungan teman-teman yang berjuang tentunya," timpal Dion
Ide Selain Cinta
Irsandi Idrus, personel Komplen Bantaeng (Foto: Facebook/Ashok Komplen)
Ternyata, puisi Selain Cinta, punya cerita menyedihkan tersendiri bagi penciptanya. Seperti yang diutarakan Muhary ke Dion, berangkat dari kejadian nyata rekan Muhary yang berprofesi sebagai jurnalis.
"Jadi ceritanya puisi itu untuk para jurnalis. Kebetulan teman Kak Muhary itu jurnalis, sehabis meliput Covid-19 katanya terpapar. Jadi tidak kami duga bahwa jurnalis juga sangat berperan penting di pencegahan corona," tutur dia.
Apresiasi kepada kerja jurnalis itu nyata terlihat dari beberapa kata di Selain Cinta. Menulis tanpa kenal lelah dan berkabar tak peduli bahaya, adalah beberapa ungkapan yang menggambarkan bagaimana rentannya para pewarta terkena virus mematikan itu. Namun mereka tetap berkarya, menyebarkan perkembangan dan semangat melawan corona.
Semoga Corona cepat berlalu dan tak pernah kembali lagi.
Tak hanya jurnalis, ketulusan terimakasih kepada tenaga medis maupun relawan Covid-19 juga tergambar di kata garis terdepan maupun kau memberi harapan. Diperkuat dengan potongan-potongan video, foto para tenaga medis hingga penggalan wawancara di video klip musikalitas Selain Cinta
Hingga saatnya tiba ketika video musikalisasi tayang di media sosial per tanggal 27 April 2020. Lewat akun Facebooknya, Dion Syaif Saen, video tersebut mendapat respon antusias dari netizen area Bantaeng, Sulsel. Video tersebut juga diunggah di YouTube di chanel Dion Syaif Saen.
Selain Dion, Ashok dan Aidil, tampil juga di video itu, Multif Irfan yang bermain biola, Ince Bantayank memainkan kibor dan Akbar Gunawan pada backing vokal. Disebutkan pula editor video, Fandy Arfah.
"Dengan segala kerendahan hati semoga berkenan pada hal kecil yang kami buat. Pada sebuah persembahan untuk tim medis, jurnalis dan relawan Covid-19." Demikian sebuah caption yang menyertai postingan video musikalisasi Selain Cinta.
"Luar biasa, lirik dan musiknya bersinergi jadi satu. Pesan lagunya nyampe ke dasar hati. Keren kakak Dion Syaif Saen," tulis akun Andi Maulana Maliq Ibrahim.
"Keren Kaka Dion, jadi merinding, semoga badai cepat berlalu," pesan akun Ramlah Hamsah.
Yah seperti itulah, doa serta harapan yang tersalurkan lewat Selain Cinta. "Alhamdulillah ada banyak teman-teman yang mengamini doa-doa dalam puisi. Semoga Corona cepat berlalu dan tak pernah kembali lagi," tutup Dion.
Berikut Tagar lampirkan puisi Selain Cinta, karya Muhary Wahyu Nurba.
Selain Cinta
Dunia dilanda musibah
Semua menjadi gelisah
Tapi kau di garis terdepan
Menulis tanpa kenal lelah
Dunia dalam cerita duka
Bencana menyulut derita
Tapi kau memberi harapan
Berkabar tak peduli bahaya
Badai ini pasti akan berlalu
Bersama kita menyatukan doa
Wabah ini pasti akan musnah
Dan senyuman kembali merekah
Dunia dilanda musibah
Semua menjadi gelisah
tapi kau memberi harapan
berkabar tak peduli bahaya
Tak ada yang lebih kuat
Bila hati telah bertautan
Tak ada yang lebih indah
Selain cinta yang diperjuangkan []
Baca juga:
- Satu OTG di Bantaeng Positif Terjangkit Virus Corona
- Kisah Sepasang Lansia di Gubuk Reyot Bantaeng
- Pandemi Membuat Dunia Serasa Berhenti Berputar