Semarang - Isu pandemi coronavirus disease 2019 atau Covid-19 memberi pukulan telak ke bisnis perhotelan di Provinsi Jawa Tengah. Geliat usaha menjadi lesu lantaran pelaku wisata, event organizer hingga instansi pemerintahan maupun perusahaan swasta membatalkan kegiatannya.
Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Tengah Bambang Mintosih mengamini pusingnya para pelaku usaha hotel dan restoran di masa pandemi corona saat ini. Mereka dituntut untuk tetap eksis di tengah kondisi menurunnya okupansi maupun sepinya kegiatan meeting, incentive, convention and exhibition (MICE).
Dengan kondisi seperti ini, semua agenda tersebut terpaksa dicancel sampai batas waktu yang belum ditentukan.
Benk Mintosih, sapaan akrabnya, menuturkan banyak tamu hotel, agen wisata, event organizer hingga instansi pemerintahan maupun perusahaan swasta membatalkan agendanya. Mereka mengikuti arahan pemerintah untuk mengindari kegiatan yang diikuti orang banyak demi mencegah penyebaran Covid-19.
"Memang sebagian sudah ada yang reservasi untuk meeting dengan memberikan uang tanda jadi. Dengan kondisi seperti ini, semua agenda tersebut terpaksa dicancel sampai batas waktu yang belum ditentukan," kata dia, Sabtu, 21 Maret 2020.
Dari catatan PHRI, ada 62 hotel berbintang dan 70 nonbintang anggotanya yang terimbas pandemi Covid-19. Okupansi hotel di Jawa Tengah mengalami penurunan cukup drastis. Rata-rata drop di kisaran 30 % dibanding sebelum merebak virus corona.
“Per hari kamar hotel rata-rata paling terisi hanya 20-30 kamar. Jumlah itu turun dari yang sebelumnya bisa 100 kamar per hari. Rata-rata penurunan okupansinya sebesar 30 persen,” tuturnya.
Sejumlah langkah evisiensi sudah diterapkan. Namun tetap saja belum bisa menutup biaya operasional yang harus ditanggung. Jika ini terus berlanjut dan berlangsung lama maka usaha perhotelan maupun restoran di Jawa Tengah akan benar-benar gulung tikar.
"Kalau situasi ini terus sampai bulan April, tentu sangat berat bagi kami," ucapnya.
Belum lagi, para pengusaha juga segera dihadapkan dengan masa Ramadan dan Lebaran. Di masa itu biasa terjadi low season tapi pengelola hotel tetap mengalokasikan pengeluaran untuk pembayaran tunjangan hari raya bagi karyawan. Artinya, dengan isu Covid-19, beban yang dihadapi bakal lebih berat.
"Padahal kami juga sudah harus memikirkan THR bagi karyawan, karena sebentar lagi menghadapi puasa,” imbuh pria yang juga General Manager Star Hotel Semarang ini.
Karena itu, Benk Mintosih berharap adanya campur tangan dari pemerintah untuk membantu pelaku usaha hotel. Salah satunya dengan memberi dispensasi atau potongan pajak sampai dengan penundaan pembayaran listrik.
"Sudah ada arahan dari pemerintah pusat, tinggal menunggu implementasi di lapangan seperti apa nantinya," ujar dia.
Sebelumnya, PHRI Banyumas juga mengeluhkan kondisi serupa. Rata-rata, hotel di sana okupansinya turun hingga 40 %. Bahkan sudah ada hotel yang merumahkan sementara karyawannya demi mengurangi biaya operasional. []
Baca juga:
- Surya Paloh Sediakan Hotel Bintang 5 untuk Pasien Corona
- Hotel Patra Jasa Jakarta Disulap Jadi RS COVID-19
Lihat foto: