Ranu Manduro, Wisata Baru Feeling Good di Mojokerto

Keindahan Ranu Manduro, Mojokerto ternoda dengan banyak sampah akibat mebludaknya pengunjung dan tidak disediakannya tempat sampah.
Pengunjung memanfaatkan keindahan Ranu Manduro dengan berfoto. (Foto: Tagar/Haris D Susanto)

Mojokerto - Hamparan rerumputan hijau menyapa pengunjung kala menapakkan kaki di Ranu Manduro, Kecamatan Ngoro, Mojokerto. Sepanjang penglihatan, tampak elok dihiasi tebing bebatuan besar dengan latar pegunungan.

Itulah gambaran keindahan Ranu Manduro dan mulai dikenal masyarakat Jawa Timur, khususnya Mojokerto setelah viral di media sosial (medsos). Keindahan Ranu Manduro baru terlihat setelah tambang galian c tidak beroperasi.

Setelah viral di medsos, butuh perjuangan untuk bisa ke Ranu Manduro. Sejumlah rintangan harus dilalui, khususnya jika Anda datang saat akhir pekan atau hari libur. Banyak masyarakat dari berbagai daerah datang karena penasaran dengan keindangan Ranu Manduro.

Akses jalan dengan menggunakan motor hanya selebar dua meter ini penuh sesak oleh kendaraan. Suasana ini ditambah riuh dengan padatnya jumlah pengunjung yang hadir. Sehingga membuat akses masuk pun menjadi macet mulai dari gapura awal hingga ke loket tiket masuk dikenakan tarif Rp 10 ribu per motor dan mobil Rp20 ribu.

Saat hari libur, pengunjung bisa sampai dua jam antri menembus kemacetan untuk dapat bisa ke loket masuk tersebut. Padatnya pengunjung pun terus berdatangan mulai dari subuh hingga siang tiba.

Pengunjung asal Pasuruan, Wahyu mengaku cukup kaget melihat pemandangan Ranu Manduro. Menurutnya, sesuatu membuat tidak masuk akal adalah padatnya orang mengantri untuk bisa masuk ke area pertambangan.

“Baru datang sekitar pukul 7.30 Wib, langsung diarahkan turun ke lokasi, lah sampai di sana lah kok macetnya parah. Apalagi pengunjung masuk terus dibiarkan ke dalam sehingga terjadi penumpukan di sana,” kata Wahyu.

Meski melihat suasana yang ramai hingga macet, Wahyu tak mau beranjak meninggalkan lokasi bekas galian tambang tersebut. Ia malah menunggu hingga suasana kemacetan mencair.

Buah kesabaran Wahyu terbayarkan, sekitar pukul 10.00 Wib suasana kemacetan pun mulai mencair. Ia bersama rombongan akhirnya bisa masuk ke Ranu Manduro dan berfoto-foto di sana, tanpa terhambat kemacetan.

Suasana kemacetan ini mencair ketika para warga sekitar berinisiatif membuat lahan parkir dadakan di rumah-rumah warga. Setelah itu para pengunjung diminta untuk berjalan kaki sekitar 2 kilometer dari lokasi parkir.

Tapi, bagi kendaraan yang sudah terlanjur masuk pun tak masalah melanjutkan ke lokasi dengan membawa kendaraannya. Sementara untuk roda empat harus menitipkan kendaraannya dan dilanjutkan dengan berjalan kaki atau menyewa motor di loket masuk Ranu Manduro.

“Beruntung bisa masuk, sekitar satu setengah jam menunggu di warung. Akhirnya bisa masuk dan tanpa ada macet. Kesabaran menunggu tak sia-sia,” imbuh Wahyu.

Di hari libur, pengunjung Ranu Manduro diprediksi mencapai lebih dari lima ribu. Pasalnya, dari data di hari kerja seperti Selasa hingga Sabtu wisatawan yang datang ke tempat galian tambang ini lebih dari seribu.

Ranu Manduro MojokertoSuasana Ranu Manduro, Mojokerto dipasti pengunjung. (Foto: Tagar/Haris D Susanto)

Warga Kewalahan Layani Pengunjung

Semenjak viral pada Senin 25 Februari lalu, warga Manduro atau Mandurono pun kaget dan tidak menyangka pengunjung sebanyak itu. Di hari Selasa 26 Februari pun peningkatan jumlah pengunjung mulai dirasakan, sejak pagi subuh mulai semakin banyak yang datang.

“Iya benar, semenjak viral, di hari Selasa itu mulai banyak yang datang dan itu tentu di luar dugaan kami (warga) yang bisa sampai sebanyak ini setiap harinya. Serta jumlah pengunjung kenaikannya juga cukup signifikan per harinya,” ujar salah satu warga sekitar sekaligus turut mengelola wisata Ranu Manduro, Budi.

Meski pengunjung membludak, Budi mengaku cukup senang dengan adanya tempat liburan baru di kampungnya. Sebab para warga juga pada keluar dan menyaksikan momen tak biasa, terutama adanya kemacetan.

“Warga pada senang dengan adanya wisata di sini, karena jadi hiburan warga sekitar. Terutama biasa kampung sepi kini ramai hingga macet,” jelas Budi.

Selain senang, warga sekitar juga kewalahan dengan banyaknya pengunjung. Hal ini disebabkan, aktivitas warga terganggu serta jalur setapak biasa dilewati warga juga sudah tidak bisa dilalui. Bahkan pada saat masuk warga sekitar harus memutar untuk dapat pulang ke rumah.

“Benar warga yang rumahnya dekat pun harus memutar lewat jalan agak jauh karena macet ini. Jadi warga pun agak kesulitan beraktivitas. Bahkan pengelola pun kualahan mengatur jalannya arus pengunjung ini supaya kembali lancer,” ucap dia.

Ranu Manduro MojokertoAntrian kendaraan pengunjung yang ingin masuk ke dalam Ranu Manduro, Mojokerto. (Foto: Tagar/Haris D Susanto)

Pedagang Ranu Manduro Raup Untung

Meski mengaku kewalahan, ternyata membawa berkah bagi warga. Alasannya, dengan banyaknya pengunjung ke Ranu Manduro, warga bisa menggerakkan ekonomi dengan berjualan, sewa motor dan membuka lahan parkir.

Pedagang bakso, Agus mengatakan dengan hadirnya wisata Ranu Manduro ini, dirinya tak perlu berjualan keliling lagi. Di tempat itu saja, dagangannya laris manis mulai dari berjualan pukul 09.00 hingga 17.00 Wib langsung habis.

“Kadang tidak sampai jam 17.00 Wib sudah habis, jadi tak perlu keliling. Ya sedikit terbantu dengan adanya wisata ini,” papar Agus.

Selain itu, dari berjualan di sana, Agus pun bisa meraup untung mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 600 ribu per hari. Keuntungan itupun jarang ia dapat selama berjualan keliling. Dari mulainya ramai pada Selasa lalu bakso ia jual selalu habis.

“Untung bisa sampai Rp 600 ribu per hari, itu saya tanpa keliling. Jadi cukup enak dengan adanya ini, apalagi bisa setiap hari ramai,” ujar dia.

Bukan hanya Agus, pedagang bakso lainnya Sodik juga merasakan hal yang sama. Bahkan, ia berjualan di tempat yang agak tinggi dagangannya bisa habis dalam waktu dua jam saja. Saat itu, ia berjualan pada hari libur, di Minggu 1 Maret 2020.

“Sudah habis pukul 10.00 WIB, jadi alhamdulillah rezeki cukup bagus adanya wisata ini. Jadi ini cukup membantu warga sini,” tambah Sodik.

Ranu Manduro MojokertoPengunjung menikmati suasana Ranu Manduro, Mojokerto, Jawa Timur. (Foto: Tagar/Haris D Susanto)

Wisata Baru, Tapi Penuh Sampah

Sayangnya, hadirnya wisata baru yang menyajikan pemandangan gunung dan tebing bebatuan itu tercederai dengan hadirnya sampah plastik bekas makanan para pengunjung. Menumpuknya sampah akibat tidak adanya tempat sampah disediakan pengelola, sehingga pengunjung membuang sembarangan.

Pengunjung asal Sidoarjo, Rifky menyayangkan pemandangan bagus Ranu Manduro tercoreng dengan adanya sampah yang berserakan.

“Nah, tempat sebagus ini kok banyak sampahnya. Harusnya kan dikelola dengan baik, minimal disediakan tempat sampah di pinggir-pinggir lokasi,” kata Rifky.

Rifky pun berharap supaya ke depan Ranu Manduro ini bisa terkelola dengan baik. Serta adanya pembangunan infratuktur yang bagus. Sehingga para pengunjung tak lagi melewati jalan kecil dengan lebar dua meter, sekalgus dibarengi dengan pengaspalan jalan supaya layak.

“Ya harapan saya tentu tempat ini bisa lebih bagus. Karena sayang tempat spot foto area pertambangan yang disulap jadi tempat wisata ini tak dikelola dengan baik. Apalagi kalau ditutup,” kata Rifky. []

Berita terkait
Misteri Pantai Marina Bantaeng
Siang itu di Pantai Marina Bantaeng, Sulawesi Selatan, pasir menari-nari tertiup angin, terbang sebutir demi sebutir, menerpa apa saja.
Air Mata di Balik Yopia, Kuliner Tradisional Rembang
Yopia sudah menjadi bagian dari kehidupan keluarga Waras. Air matanya berderai ketika ingat zaman susah jualan kuliner khas Rembang itu.
Suramnya Nasib Becak Penjelajah Nusantara di Aceh
Tiga pemuda Subulussalam yang keliling Indonesia dengan becak tanpa sponsor berharap agar becaknya diurus oleh pemerintah setempat.
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.