Ratu Harum Sari, Jawara Banten Masa Kini

Puluhan anak menirukan gerakan silat yang diajarkan pelatih mereka, Ratu Harum Sari, 40 tahun, di Kampung Rumbut, Desa Kaduagung, Lebak, Banten.
Ratu Harum Sari (depan) melatih murid-muridnya di bebatuan tengah sungai. (Foto: Tagar/Moh Jumri)

Lebak, Banten - Puluhan anak menirukan gerakan silat yang diajarkan pelatih mereka, Ratu Harum Sari, 40 tahun. Mereka memperhatikan dengan saksama seluruh jurus yang dipraktikkan Harum. Malam itu, Minggu, 5 Januari 2020, gemintang bertebaran di langit nan kelam. Cahayanya tak seterang lampu-lampu yang menyala di padepokan tempat anak-anak itu berlatih, di Jalan Raya Rangkasbitung-Pandeglang, Kampung Rumbut, Desa Kaduagung.

Konsentrasi dan kesungguhan mereka dalam mengikuti petunjuk Harum, tidak terganggu deru mesin kendaraan yang sesekali diiringi nyaring suara klakson.

Ratu Harum Sari, guru mereka, merupakan satu dari sekian banyak pesilat perempuan yang ada di Banten. Wanita warga Kampung Rumbut ini sudah 32 tahun mempelajari bela diri khas Indonesia tersebut, tepatnya sejak berusia delapan tahun.

Bahkan bukan hanya ilmu silat tangan kosong, sejak kecil Harum sudah terbiasa bermain dengan senjata tajam, khususnya golok.

Perempuan beranak dua itu mengisahkan perjalanan hidupnya hingga memiliki padepokan silat. Sambil mengisap sebatang rokok kretek kesukaannya, Harum Sari mengatakan selain untuk olahraga dan menjaga diri, ia menekuni bela diri silat untuk melestarikan seni dan budaya daerah asalnya, Banten.

Ilmu silat yang dikuasai Harum merupakan warisan dari mendiang kakeknya, yang saat itu menjadi salah satu tokoh debus. Kata Harum, pada zaman dahulu tujuan seseorang mempelajari ilmu silat adalah untuk digunakan melawan penjajah. Namun, seiring perkembangan situasi, tujuan itu pun perlahan berubah.

“Mengikuti festival-festival di panggung besar, itu cara saya untuk memperkenalkan seni pencak silat ke orang lain," katanya.

Harum mengakui dirinya menemui beberapa kendala dalam melakukan hal itu, tapi ia ikhlas menjalankan proses perjalanan itu, demi melestarikan seni bela diri asli Indonesia itu. "Tantangan yang kerap saya hadapi, di situlah seninya."

Sekitar 125 perguruan sudah masuk ke ADBI. Bandrong dan Tjimande sudah bergabung dengan kami.

Ratu Harum SariRatu Harum Sari, Ketua Satu Asosiasi Bela Diri Indonesia (ABDI) dan Pengurus Pusat Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) bagian Perempuan, Minggu, 5 Januari 2020. (Foto: Tagar/Moh Jumri)

Mendirikan Asosiasi Debus

Niat dan semangatnya untuk melestarikan ilmu bela diri khas Indonesia, khususnya debus, bukan sekadar dengan berlatih dan melatih anak-anak. Harum membuat gebrakan dengan mendirikan Asosiasi Debus Banten Indonesia (ADBI).

ADBI dibentuk dengan tujuan menyatukan padepokan atau peguron yang ada, agar memiliki wadah yang kuat dalam upaya pelestarian budaya itu.

Awalnya Harum merasa ragu apakah wadah yang digagasnya itu bisa diwujudkan. Namun, perlahan tapi pasti upayanya itu membuahkan hasil. Bahkan saat ini ADBI sudah diakui UNESCO sebagai bagian dari pencak silat, ilmu bela diri asli Indonesia.

“Dulu pas mengajukan nama Banten saja, kita ditolak karena belum ada nama Indonesia dan kita disarankan untuk membawa nama Indonesia," kenangnya.

Upayanya untuk menyatukan peguron-peguron di Banten pun berhasil. Hampir seluruh peguron yang ada, sudah terdaftar sebagai anggota ADBI, termasuk beberapa peguron para jawara.

“Sekitar 125 perguruan sudah masuk ke ADBI. Bandrong dan Tjimande sudah bergabung dengan kami,’’ kata Ratu Harum Sari yang mengaku pernah mewakili Indonesia dalam pertemuan dengan pendekar dari seluruh penjuru dunia.

Harum juga berupaya agar peguron-peguron yang ada, bersedia bergabung dengan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) sebagai wadah dari olahraga pencak silat. Sebab sebelumnya sebagian dari mereka enggan disatukan dalam IPSI, padahal peguron-peguron itu berniat mengikuti kejuaraan dan memenangkan piala pada kejuaraan yang diselenggarakan IPSI.

“Kebetulan mamah salah satu pengurus IPSI bidang perempuan. Sekarang jawara itu harus ditunjukkan dengan prestasi, lewat pertunjukan di panggung dan festival. Pokoknya tak ada kendala, yang penting seni ini bisa kita lestarikan," tutur Harum.

Ia mencontohkan padepokan miliknya yang sudah menorehkan prestasi melalui anak didik. Sepanjang 2019, mereka telah meraih puluhan medali dari kejuaraan yang digelar IPSI, yakni 56 medali emas dan enam medali perunggu.

Ratu Harum SariRatu Harum Sari Pendekar Banten saat menemani kedua anak kembarnya, Nova dan Novi, pada saat wisuda. (Foto: Dok Pribadi)

Perempuan Harus Tangguh

Ketangguhan Harum sebagai perempuan tidak ingin disimpannya sendiri. Harum berharap perempuan-perempuan lain pun menjadi sosok yang tangguh. Ia berpesan para wanita tidak mudah mengeluh.

Ia pun mengisahkan perjuangannya sebagai seorang ibu, yang pada satu sisi harus membesarkan dan membimbing serta mendampingi dua buah hati. Sementara di sisi lain, sebagai pesilat, ia aktif berada di panggung-panggung. Hal itu berhasil dilaluinya, meski tidak mudah. Hanum berhasil mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya hingga sarjana dan menjadi lulusan terbaik.

“Saya membesarkan kedua anak sampai mereka lulus sebagai mahasiswa terbaik saat itu. Mereka tak pernah merasa kehilangan karena pada saat saya menggeluti seni, mereka selalu saya bawa ke acara pertunjukan. Intinya saya selalu mengutamakan anak dan mereka tak pernah merasa kesepian,” tutur Harum Sari mengenang masa-masa itu.

Cerita Hanum tersebut dibenarkan seorang anak kembarnya, Nova, 26 tahun. Menurut wanita yang juga memiliki kemampuan bela diri ini, Ratu Harum Sari merupakan sosok inspiratif yang menjadi panutannya, terutama karena sikapnya yang tegas.

Disiplin merupakan hal mutlak yang diajarkan Harum pada dirinya, termasuk pada hal-hal kecil dalam keseharian, misalnya salat Subuh. “Seandainya kami tidak bangun pagi, pintu kamar kami pasti diketuk-ketuk sampai kami bangun agar salat Subuh," kata Nova.

Nova juga menganggap ibunya sebagai sosok pelindung. Ia pernah ketakutan saat banyak pria mendekatinya. Tapi, saat para pria itu mengetahui Nova adalah anak dari jawara wanita di daerah tersebut, mereka mundur teratur. Padahal menurut Nova, ibunya adalah sosok yang baik dan terbuka pada orang baru.

Hal paling berkesan dari Harum, buat Nova adalah ketika ibundanya itu menghadiri wisuda di kampus. Saat itu ia melihat ibunya menangis, ketika ia mengatakan bisa menjadi mahasiswa terbaik berkat sang ibu.

“Itu momen yang sangat berkesan. Mama saya tak pernah menangis ketika adik dan keluarganya meninggal. Tapi ketika saya tampil di depan panggung dan memanggil namanya ke panggung, mama menangis sambil memeluk saya," kenang Nova.

Bukan hanya sikapnya sebagai ibu yang dicontoh Nova. Kemampuan Harum dalam olah kanuragan juga membuatnya sangat kagum. Nova mengaku tidak jarang mencuri ilmu ibunya saat Harum melatih.

Meski yakin dengan kemampuan bela diri yang dimiliki ibunya, Nova pernah merasa khawatir saat ibunya melakukan pertunjukan debus. Nova khawatir ada orang yang tidak menyukai Harum dan mengganggunya dalam pertunjukan. Karena kalau itu terjadi, nyawa ibunya bisa terancam.

Sosok Harum bukan hanya disegani setelah ia dewasa. Seorang teman sekolah Harum, Iriyanto, 42 tahun, mengatakan Harum sejak kecil sudah disegani teman-temannya. Salah satu alasannya karena Harum aktif dalam kegiatan seni bela diri, meski ilmu debusnya belum terkenal seperti saat ini.

“Dulu mah dia belajar untuk bela diri aja. Kalau sekarang, namanya cukup terkenal di Banten, bahkan Indonesia. Enggak nyangka bakal seperti itu, beberapa perusahaan dan perumahan besar, keamanannya dipegang dia." []

Baca cerita lain:

Berita terkait
Enam Susun Eksotisme Grojokan Watu Purbo di Sleman
Matahari dan awan kelabu seperti berlomba menunjukkan eksistensinya di Desa Bangunrejo, Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman siang itu.
Kisah Inspiratif 2 Jurnalis Yogyakarta
Dua jurnalis inspiratif di Yogyakarta, Hendy Kurniawan dan Boy T Harjanto. Apa yang mereka lakukan untuk kehidupan mengundang rasa haru.
Benarkah Bengkel Ketok Magic Memakai Jin?
Mobil masuk bengkel ketok magic tidak boleh dilihat proses pengerjaannya. Ini menimbulkan bisik-bisik ketok magic memakai kesaktian jin. Benarkah?
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.