Taput - Merespons konflik pembangunan gereja Katolik di Tanjung Balai Karimun, sebuah ungkapan jujur datang dari netizen di Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
Pemilik akun mengunggah status di dinding Facebooknya pada Senin, 17 Februari 2020 pukul 13.01 WIB. Akun atas nama Henri Hutasoit menulis status dan membagikannya di beberapa grup Facebook. Terpantau ramai direspons para netizen.
Dia menulis, warga di kotanya selalu menjaga toleransi kebebasan memeluk agama. Tulisan itu ditujukan bagi umat pemeluk agama non-Nasrani di Tanjung Balai Karimun, yang lagi ribut masalah pendirian gereja Katolik.
Wahai saudaraku beda agama di Tanjung Balai Karimun, apakah kamu tidak punya nurani, apakah kamu terusik dengan ibadah kami
Dia menulis, ada masjid di pintu masuk Kecamatan Siborongborong,Kabupaten Tapanuli Utara, yang diketahui berpenduduk 99 persen memeluk agama Kristen. Namun tidak pernah meributi keberadaan masjid yang ada di sana.

"Tidak pernah kami tanya IMB dan kami tidak sirik atau dengki atas kemegahan masjid ini. Kami tidak pernah ribut atau demo bila ada warga lokal yang mualaf. Karena kami sadar bukan agama jaminan masuk sorga, tapi perilaku, akhlak dan kepatutan pada ajaran Tuhan. Karena di pengadilan terakhir kita tidak akan ditanya apa agamamu, tapi pada perilaku selama hidup. Wahai saudaraku beda agama di Tanjung Balai Karimun, apakah kamu tidak punya nurani, apakah kamu terusik dengan ibadah kami, apakah kamu kepanasan atau dengki melihat letak gereja di depan pintu masuk Tanjung Balai Karimun, atau kamu tidak mempunyai rasa toleransi lagi?" tulisnya.
"Satu hal yang pasti, kami minoritas tidak akan pernah surut atau hilang dari bumi NKRI ini selama negara ini masih mengakui kami. Kalau memang kami minoritas, tidak kalian inginkan lagi di negara ini, daripada kalian repot demo, teriak kafir dan merasa terusik, cukup anda teriak atau sepakat memisahkan kami dari negara ini degan wilayah kami masing-masing alias merdeka. Kami sangat terbuka dan terima dengan lapang dada. #Bhinneka Tunggal Ika.#Sumpah Pemuda," tulis Henri Hutasoit, diketahui warga Siborongborong.
Seperti diketahui, Gereja Katolik Paroki Santo Joseph dibangun sejak tahun 1928, di mana negara ini belum merdeka. Namun sejumlah warga di sana menolak pembangunan atau renovasi gereja tersebut.
Gereja ini juga telah mengantongi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) bernomor 0386/DPMPTSP/IMB-81/2019 tertanggal 2 Oktober 2019 yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten Tanjung Balai Karimun
Politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean pun sudah meminta Presiden Joko Widodo tidak hanya sekadar beretorika saja untuk melawan terorisme dan intoleransi.
Pasalnya, Jokowi seakan tutup mata dengan adanya kericuhan terkait rencana renovasi Gereja Katolik Paroki Santo Joseph.
"Presiden jangan hanya sebatas retorika tentang perang melawan radikalisme dan intoleransi, sekarang saatnya menunjukkan bahwa Jokowi dan pemerintahannya serius melindungi Kebhinnekaan dan Pancasila," Ferdinand kepada Tagar, Sabtu 8 Februari 2020.
Ferdinand, menyayangkan adanya aksi protes penolakan dari sekolompok massa terkait pembangunan gereja tersebut.
"Kita meminta Presiden Jokowi untuk memerintahkan aparat menjamin renovasi tersebut berjalan karena sudah mengantongi IMB. Tidak boleh ada intimidasi dari pihak manapun dan dibiarkan," ujarnya.[]