Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan alasannya perihal memindahkan Ibu Kota dari Pulau Jawa ke Pulau Kalimantan yang dia nilai faktor keamanan di wilayah tersebut relatif aman dari berbagai ancaman potensi bencana, seperti gempa bumi, tsunami, hingga kebakaran hutan dan lahan.
“Ada pertanyaan, ‘kenapa di Kalimantan Timur?’. Satu, risiko bencana minimal, baik bencana banjir, gempa bumi, tsunami, kebakaran hutan, gunung berapi, dan tanah longsor,” kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Senin, 26 Agustus 2019.
Namun, menurut Kata Data yang belum lama ini dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sejak tahun 2015, terdapat 331 kejadian bencana di Kalimantan Timur (Kaltim).
Bencana tersebut paling tinggi meliputi kebakaran hutan dan lahan sebanyak 152 kejadian, gelombang pasang atau abrasi sebanyak 3 kejadian, banjir sebanyak 93 kejadian, tanah longsor sebanyak 59 kejadian, dan puting beliung sebanyak 24 kejadian.
Sepanjang enam bulan pertama tahun 2019 terjadi di 28 provinsi dengan total 135.749 hektar. Dari jumlah ini, Kalimantan menyumbang asap kebakaran hutan sebesar 12,4 persen atau sebesar 16.892 hektar.
Tahun ini, di sana, telah terjadi 11 kejadian bencana, sembilan di antaranya merupakan kebakaran lahan dan hutan, satu kejadian gelombang pasang atau abrasi, dan satu kejadian banjir.
Bencana yang pernah terjadi di Kalimantan Timur (foto: databoks.katadata.co.id/BNPB).
Berdasarkan wilayahnya, di Kabupaten Paser tercatat dua kejadian bencana, Kabupaten Kutai Barat satu kejadian, Kabupaten Penajam Paser Utara dua kejadian, dan Kota Bontang sebanyak enam kejadian.
Luas kebakaran tertinggi terjadi di Kalimantan Selatan dengan luasan 4.670 hektar. Melanjutkan catatan Tempo, lahan terbakar di Kaltim berada di urutan kedua tertinggi dengan luas hutan mencapai 4.430 hektar.
Ada pertanyaan, ‘kenapa di Kalimantan Timur?’. Satu, risiko bencana minimal, baik bencana banjir, gempa bumi, tsunami, kebakaran hutan, gunung berapi, dan tanah longsor.
Bencana di Kaltim paling tinggi terjadi pada tahun 2016, yaitu sebanyak 189 bencana terjadi dengan kebakaran hutan dan lahan mendominasi sebanyak 129 kejadian.
Dalam konferensi pers yang sama di Istana Negara, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro menyatakan setengah dari luas lahan yang akan digunakan sebagai ibu kota baru di Kalimantan Timur berupa ruang terbuka hijau.
"Dari 180.000 hektare itu, separuhnya nanti ruang terbuka hijau, termasuk hutan lindung. Jadi, hutan lindung tidak akan diganggu. Bahkan, di tempat yang disebut tadi, sebagian Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, ada hutan konservasi di Bukit Soeharto," ujar Bambang. []
Baca juga: Rekam Jejak Tsunami di Ibu Kota Baru