Jakarta - Pakar Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati merespons soal tudingan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismahari seperti drama Korea. Ia mengatakan bahwa marahnya Mensos Risma ini ingin menunjukkan bagaimana seorang pemimpin itu menindak tegas.
Wasisto juga mengatakan marah-marah yang kerap diperlihatkan Risma memang sudah melekat pada dirinya. Itu tidak bisa diubah kata dia, lantaran merupakan sikap orisinal dari beliau.
Wasisto menilai bahwa tindakan emosional Mensos Tri Rismaharini sebagai mewakili publik yang selama ini mau marah pada pemerintah tetapi terhalang birokrasi.
Dia memang kental emak-emak bicara apa adanya adalah bagian dari kesehariannya hanya saja kadang ada sejumlah orang tak menerima dengan itu padahal selama ini Risma sekaligus mendobrak sekat-sekat birokrasi yang kurang peka kalau cuma ditegur secara halus.

“Saya pikir marahnya Bu Risma ini lebih ke bentuk teguran dan sekaligus bentuk representasi dari publik yang selama ini kurang puas dengan pelayanan publik yang selama ini mereka terima di lapangan,” ujar Wasisto dalam wawancara di kanal YouTube Tagar TV, Jumat, 10 September 2021.
Tindakan marah-marah Mensos Risma ini tidak hanya mendapat respons positif saja, tetapi juga ada yang beranggapan bahwa marahnya Mensos juga sebagai ajang pencitraannya.
- Baca Juga: Komisi VIll DPR Puji Kebijakan Mensos Risma
- Baca Juga: Berikan Motivasi, Mensos: Kalian Anak Kebanggaan Ibu, Pasti Bisa Berubah
“Dia memang kental emak-emak, bicara apa adanya, adalah bagian dari kesehariannya, hanya saja kadang ada sejumlah orang tak menerima dengan itu. Padahal selama ini Risma sekaligus mendobrak sekat-sekat birokrasi yang kurang peka kalau cuma ditegur secara halus,” ujar Wasisto.
Namun, marah-marah Risma juga tak selamanya positif, menurut Wasisto Mensos juga harusnya memahami pentingnya proses komunikasi dua arah. Apalagi marah-marahnya selalu dilakukan saat jurnalis tengah menyorotnya.
“Tapi kalau keseringan, seolah-olah publik malah membaca kalau dia yang malah melempar tanggung jawab ke anak buah. Dan seperti kita tahu, komunikasi yang dibangun Risma ini memang reflektif.” ujar Wasisto.
Terlepas dari itu semua, Wasisto melihat Risma sejauh ini telah melakukan kerjanya sebagai Mensos dengan sejumlah kelebihan. Ini terlihat dari sejumlah kebijakannya yang mengkoreksi kebijakan menteri-menteri terdahulu yang jarang turun ke lapangan.
Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini terkenal sering marah saat menjabat Wali Kota Surabaya hingga kini Menteri Sosial Republik Indonesia. Terbaru Risma marah-marah kepada pegawai bank di Riau karena memblokir rekening penerima bantuan sosial atau bansos.
- Baca Juga: Bantu Masyarakat Terdampak Pandemi, Mensos Paparkan Empat Strategi Penanganannya
- Baca Juga: Surati Pemkab Sleman, Mensos Ingatkan Kewenangan Pemda dalam Pemutakhiran Data Kemiskinan
Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra, Andre Rosiade, menilai aksi Menteri Sosial Tri Rismaharini, memarahi sejumlah pegawai bank yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) terkait penyaluran bantuan sosial (bansos), sebagai politik pencitraan ala film drama Korea (drakor).
Menurutnya, politik drakor itu terindikasi karena Kemensos sebelumnya telah mengirimkan surat resmi ke empat bank yang tergabung di dalam Himbara.
Surat berisi permintaan pemblokiran sejumlah rekening di titik-titik lokasi permasalahan bansos dalam rangka proses perbaikan data. Andre yang juga menjabat Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra, menduga Risma mendatangi titik-titik lokasi itu, sehingga kemarahan Risma tidak spontan. []
(Azzahrah Dzakiyah Nur Azizah)