Jakarta – Menteri Sosial Republik Indonesia (Mesnso RI) Tri Rismaharini, dikenal dengan gaya politiknya, yaitu sebagai pejabat yang aksi marah-marahnya sering tersorot kamera dan kemudian menjadi viral.
Terbaru Menteri Risma memarahi Kepala Dinas Sosial Tuban Eko Julianto saat blusukan di Kelurahan Sendangharjo, Kecamatan Tuban, Jawa Timur, Sabtu, 24 Juli 2021. Risma marah mendapati Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) atau program sembako hanya dicairkan dua bulan.
Video Risma memarahi Kadinsos Tuban, beredar viral di media sosial dan telah dikonfirmasi Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Kabag Humas) Kemensos, Yani. Kemarahan Risma dipicu karena uang bansos yang seharusnya disalurkan langsung tiga bulan, hanya disalurkan dua bulan.
Ini ingin memperlihatkan bahwa sebagai pemimpin harus menindak tegas anak buahnya yang kurang tepat dalam bekerja di lapangan.

Pakar Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati merespons hal tersebut dengan mengatakan bahwa marahnya Mensos Risma ini ingin menunjukkan bagaimana seorang pemimpin itu menindak tegas.
“Ini ingin memperlihatkan bahwa sebagai pemimpin harus menindak tegas anak buahnya yang kurang tepat dalam bekerja di lapangan. Cara komunikasi beliau itu adalah berusaha mengkoreksi tatanan dan sistem kebijakan publik yang selama ini tidak berpihak ke masyarakat,” ujar Wasisto Raharjo Jati saat diwawancarai Tagar TV, Selasa, 27 Juli 2021.
Wasisto menilai bahwa tindakan emosional Mensos Tri Rismaharini sebagai mewakili publik yang selama ini mau marah pada pemerintah tetapi terhalang birokrasi.
“Saya pikir marahnya Bu Risma ini lebih ke bentuk teguran dan sekaligus bentuk representasi dari publik yang selama ini kurang puas dengan pelayanan publik yang selama ini mereka terima di lapangan,” ucapnya.
Tindakan marah-marah Mensos Risma ini tidak hanya mendapat respons positif saja, tetapi juga ada yang beranggapan bahwa marahnya Mensos juga sebagai ajang pencitraan beliau.
”Kalau kita melihat marah karena pencitraan itu pasti ada settingan tertentu yang melihat marahnya ini lebih condong dibuat-buat. Misalnya aksi dobrak meja, atau gedor pintu nah itu sebenarnya dibuat sebagai pencitraan bahwa pemimpin ini tegas,” katanya Wasisto.
Wasisto juga mengatakan bahwa komunikasi yang dilakukan oleh Tri Rismaharini merupakan sifat keseharian beliau yang lazim dilakukan oleh ibu rumah tangga, dan itu tidak di buat-buat.
“Kita bisa lihat kinerja Bu Risma ini bisa disebut sebagai aksi korektif dari kebijakan menteri-menteri sosial terdahulu yang jarang turun ke lapangan. Karena Menteri yang sebelumnya adalah tipikal elite Jakarta yang notabene melihat masalah sosial itu dari atas, sedangkan bu Risma ini dari bawah” ucapnya.
(Selfiana)