Jakarta - perusahaan minyak nasional Arab Saudi, Saudi Arabian Oil Co (Saudi Aramco) telah menerbitkan prospektus untuk penawaran saham umum perdana (initial public offering - IPO). Perusahaan ini mengincar dana lebih dari 25 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau di atas Rp 351,6 triliun dari pelepasan 1,5 persen saham perdana.
Pelepasan saham perdana Saudi Aramco menjadi yang terbesar di dunia setelah raksasa e-commerce China, Alibaba. Pada tahun 2014, perusahaan yang didirikan oleh Jack Ma ini meraih dana IPO senilai 25 miliar dolar AS. Sebelumnya putra mahkota Mohammed bin Salman memperkirakaan valuasi dari IPO Saudi Aramco bisa mencapai 2 triliun dolar AS.
Namun perusahaan hanya melepas 1,5 persen saham IPO dengan harga per saham 30-32 riyal Saudi (8 - 8,5 dolar AS). Dengan begitu dari hasil IPO ini, perusahaan diperkirakan bisa meraup dana 25,60 miliar dolar AS, di atas perolehan yang diraih Alibaba.
Terbitkan prospektus setebal 600 halaman
Saham Saudi Aramco diperkirakan akan diburu berbagai kalangan investor, mulai dari korporasi besar hingga investor ritel. Namun belum ada kabar investor korporasi yang tertarik untuk memburu saham perusahaan minyak terbesar di dunia ini.

Seperti diberitakan dari BBC News, Minggu malam, 17 November 2019, awalnya Saudi Aramco diharapkan akan melepas saham perdana sebesar 5 persen di dua bursa, yakni dua persen di bursa Tadawul dan tiga persen di bursa luar negeri. Namun perusahaan menegaskan belum ada rencana untuk melepas saham di luar negeri. Putra mahkota Kerajaan Arab Saudi melepas saham Saudi Aramco sebagai langkah diversifikasi ekonomi agar jangan ketergantungan pada minyak bumi.
Analis dari S&P Global Ratings menyebutkan, masuknya perusahaan nasional minyak ke pasar modal akan memperkuat struktur keuangan Arab Saudi. "Jika dana IPO bisa dikerahkan secara efektif, maka dapat digunakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang," kata analis itu.
Sementara itu, dalam prospektus yang diterbitkan pekan lalu, perusahaan mencantumkan berbagai risiko investasi, mulai dari serangan teroris hingga ketegangan politik di wilayah yang didominasi oleh persaingan Saudi-Iran. Prospektus setebal 600 halaman itu juga mencakup kendali pemerintah atas produksi minyak sebagai risiko potensial lainnya.
Dalam IPO itu juga disebutkan bahwa Saudi Aramco tidak akan mencatatkan saham selama enam bulan setelah proses flotasi. Meskipun salah satu daya tarik bagi investor adalah potensi dividen yang tinggi, dokumen itu menyebutkan bahwa perusahaan tidak memiliki hak untuk mengubah kebijakn dividen tanpa pemberitahuan sebelumnya. Saudi Aramco telah menunjuk Citibank, Credit Suisse, dan HSBC sebagai penjamin emisi pelaksana IPO.[]