Kepada Yth,
Bapak Nadiem Makarim
Mendikbud RI
Di Jakarta
Saya melihat poster, ada foto Pak Nadiem Makarim, dan ada beberapa pernyataan. Saya ingin mengkritisi pernyataan Pak Nadiem.
Pak Nadiem bilang: Kita memasuki era di mana gelar tidak menjamin kompetensi. Kalau pernyataan Pak Nadiem ini empirically correct, maka pertanyaan saya adalah mengapa Pak Nadiem bersusah payah kuliah S2 di Harvard University, USA? Bukannya itu dalam rangka mencapai tahapan kompetensi tertentu?
Buktinya Pak Presiden Jokowi sampai terpesona berat pada Pak Nadiem. Karena apa? Karena kompetensi Pak Nadiem tentunya. Anak laki-laki sulung saya alumni S1 Teknik Mesin UGM, alumni S2 di Department of Material Science and Metalurgy, Cambridge University, UK dan segera menempuh S3 di Cambridge University, UK di Department yang sama. Dia masih dapat tawaran S3 dari banyak kampus top dunia, misal Oxford University, UK dan Harvard University, USA, namun dia tetap humble dan tidak kontroversial dengan ucapannya.
Pak Nadiem bilang: Kita memasuki era di mana kelulusan tidak menjamim kesiapan kerja. Sekolah dan kampus bukan tempat kursus untuk menyiapkan tenaga kerja. Sekolah dan Kampus adalah tempat terhormat, di mana anak didik dan mahasiswa menempuh proses pendidikan dalam rangka mematangkan emosional dan intelektualnya. Sekolah dan kampus tidak pernah menyiapkan anak didik dan mahasiswa, setelah lulus, siap kerja. Namun, menyiapkan anak didik dan mahasiswa, setelah lulus, siap beradaptasi dengan dunia kerja. Jadi dalam hal ini Pk Nadiem keliru menilai arti sekolah dan kampus.

Pak Nadiem bilang: Kita memasuki era di mana akreditasi tidak menjamin mutu. Jujur saya bingung dengan Pak Nadiem, kok bisa bicara begitu? Bukannya di Amerika semua hal, selalu diakreditasi: akreditasi profesi, akreditasi kampus, akreditasi jurnal, dan lain-lain. Tujuannya agar keterulangan kemampuan seseorang atau sistem bisa terjamin, dengan target utama adalah kualitas. Pak Nadiem sebagai Mendikbud RI membawai BAN PT, apa BAN PT mau dibubarkan?
Saya perhatikan sejak pelantikan hingga hari ini, Pak Nadiem terus saja berwacana, kapan kerjanya?
Semakin banyak sekolah ambruk, korban siswa dan guru berjatuhan, nyawa melayang sia-sia. Semakin nyata sekolah dan kampus terpapar bahaya radikalisme agama, akibatnya sekolah dan kampus tidak berkembang dan amat sangat diskriminatif. Alih-alih diajari berpikir terbuka dan rasional, anak didik dan mahasiswa dicekoki dogma-dogma politisasi agama yang sesat.
Anda buang-buang waktu, Pak Nadiem. Do something bagi pendidikan nasional.
Mungkin Pak Nadiem adalah orang genius di tempat yang salah.
Mohon maaf jika ada kata saya yang kurang berkenan.
*Akademisi Universitas Gadjah Mada
Baca tulisan lain: