Sejarah Makam Raja Pehobi Sabung Ayam di Jeneponto

Ratusan batu nisan yang disebut pajjerakkang berjejer di area kompleks pemakaman Raja Binamu, di Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto.
Makam Raja Binamu di Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan, Jumat, 7 Februari 2020. (Foto: Tagar/Ardiansyah)

Jeneponto - Ratusan batu nisan yang disebut pajjerakkang berjejer di area kompleks pemakaman Raja Binamu, di Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan. Di situ juga dimakamkan seorang Raja Binamu yang terkenal, Karaeng Palangkei Daeng Lagu.

Sunyi dan sarat dengan aroma mistis. Begitu kesan pertama saat memasuki kompleks pemakaman itu. Tidak seorang pun terlihat di dalam area kompleks makam.

Siang itu, Jumat, 7 Februari 2020, makam-makam tersebut seperti tidak memiliki bayangan. Sorot cahaya surya tegak lurus di atas kepala. Birunya langit yang dihiasi semburat tipis awan putih, tampak kontras dengan warna bebatuan nisan yang kelabu gelap.

Kompleks makam yang terletak sekitar tiga kilometer dari jalan utama ini, tampak terawat, meski pada sebagian batu nisan terdapat lumut tipis berwarna hijau.

Seperti makam-makam kuno lain di Sulawesi Selatan, batu nisan di tempat itu berukuran lebih besar daripada batu nisan pemakaman umum, meski ada juga beberapa makam berukuran kecil yang sepertinya makam anak-anak.

Ada tiga ukuran makam di situ, yang besar berukuran 336 x 180 x 285 sentimeter hingga 235 x 160 x 115 sentimeter, kemudian ukuran sedang 230 x 150 x 100 sentimeter hingga 150 x 90 x 50 sentimeter, dan ukuran kecil 157 x 80 x 45 sentimeter.

Nisan di tempat itu terbuat dari batu yang disusun berundak, jumlahnya antara dua sampai empat undakan. Selain itu, ada beberapa makam kecil yang pada bagian tengah nisannya dilubangi berbentuk empat persegi panjang.

Sebatang pohon berukuran besar kokoh berdiri di kompleks pemakaman. Daunnya yang rimbun menghalangi sinar matahari, memunculkan bayangan berwarna kehitaman di permukaan tanah. Itu satu-satunya peneduh.

Dari puluhan batu nisan yang berjejer tersebut, satu di antaranya cukup menarik perhatian karena berbeda dengan yang lain.

Pada satu nisan kuno yang menjadi cagar budaya itu, terdapat tiga relief pada dindingnya, motifnya berbentuk ayam jantan, kuda dan anjing, yang melambangkan hobi sosok yang dimakamkan semasa hidupnya.

Selain relief, bagian atas nisan itu dihiasi dengan semacam patung raja yang duduk di singgasana. Itu adalah makam Karaeng Palangkei Daeng Lagu.

Riolo, Raja Binamu sampulo sagantuju pore pabatte jangang (Dulu, Raja Binamu ke-18 ini dikenal jago sabung ayam).

Makam Raja BinamuDinding pemakaman Raja Binamu di Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan, Jumat, 7 Februari 2020. (Foto: Tagar/Ardiansyah)

Raja Hobi Sabung Ayam

Seorang penjaga kompleks pemakaman, Supardi, menceritakan sejarah kompleks pemakaman tersebut, termasuk makam Karaeng Palangkei Daeng Lagu, yang merupakan Raja Binamu ke-18.

Binamu merupakan satu dari dua kerajaan yang pernah berdiri di Jeneponto. Selain Kerajaan Binamu, juga ada Kerajaan Bangkala.

Karaeng Palangkeu Daeng Lagu merupakan penerus dari Raja Binamu ke-17, Sanre Daeng Nyikko.

Sebagai seorang raja, Karaeng Palangkeu Daeng Lagu dikenal memiliki hobi yang unik. Ia sangat menyukai sabung ayam.

"Riolo, Raja Binamu sampulo sagantuju pore pabatte jangang (Dulu, Raja Binamu ke-18 ini dikenal jago sabung ayam)," kata Supardi.

Karaeng Palangkeu Daeng Lagu bahkan sering menyambangi lokasi sabung ayam dengan mengendarai kuda, dikawal para prajurit setianya. Ia juga memiliki anjing pelacak yang hebat.

Menurut mitos, tidak jarang Karaeng Palangkeu Daeng Lagu menangkap para perusuh dan pembuat onar dengan menggunakan kemampuan anjing pelacak miliknya. Ia cukup menyuruh anjingnya untuk melacak para pelaku.

Setelah puluhan tahun memimpin Kerajaan Binamu, Karaeng Palangkeu Daeng Lagu meninggal. Jasadnya dimakamkan di kompleks pemakaman itu, dan pemakaman itu secara turun temurun menjadi makam para Raja Binamu.

Setelah Karaeng Palangkeu Daeng Lagu wafat, pihak kerajaan bermusyawarah untuk menentukan raja selanjutnya. Mereka khawatir, jika tidak secepatnya ditunjuk seorang raja, Kerajaan Binamu yang cukup disegani di Butta Turatea, nama lain Jeneponto, tidak lagi berdiri kokoh

Pihak kerajaan kemudian menetapkan seorang keturunan Karaeng Palangkeu Daeng Lagu, yakni Karaeng Ilompo Daeng Radja, untuk memimpin kerajaan dan menjadi Raja Binamu ke-19.

Makam Raja BinamuMakam Raja Binamu di Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan, Jumat, 7 Februari 2020. (Foto: Tagar/Ardiansyah)

Sisi Lain Jeneponto

Setelah memerintah selama puluhan tahun, Karaeng Ilompo Daeng Radja meninggal dan digantikan penerusnya, Karaeng Magga Daeng Maggau sebagai Raja Binamu ke-20. Selanjutnya tongkat estafet kepemimpinan berakhir pada Raja Binamu ke-21, Karaeng Mattewakkang Daeng Radja.

Ratusan tahun berlalu, kompleks pemakaman Raja-raja Binamu yang diperkirakan mulai dibangun pada abad ke-14 hingga 17 itu, kemudian dilakukan renovasi pada tahun 1981, dan tiga tahun kemudian ditetapkan sebagai situs cagar budaya oleh pemerintah.

"Ada sekitar 1.250 keturunan raja Binamu dimakamkan di kuburan ini, dengan berbagai bentuk ukuran makam atau jirat," tutur Supardi yang merupakan petugas dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar ini.

Kerajaan Binamu didirikan Karaeng Gaukang Daeng Riolo, yang menjadi raja pertama, kemudian berturut-turut dilanjutkan Karaeng Bakiri Daeng Lalang, Karaeng Paungga Daeng Gassing, Karaeng Datu Mutara, Karaeng Lapalang Daeng Masse, Karaeng Patakkoi Daeng Ngunjung, Karaeng Jakkolo Daeng Rangka.

Selanjutnya, Raja Binamu kedelapan, yakni Karaeng Pa'dewakkang Daeng Lurang, lalu Karaeng Ironggo Daeng Bani, Karaeng Sanre Daeng Nyikko, Karaeng Bebas Daeng Lalo, Karaeng Badullah Daeng Tinggi, Karaeng Palanrangi Daeng Liu, Karaeng Patima Daeng Sakking, Karaeng Itia Daeng Ni’ni, Karaeng Mattewakkang Daeng Jungge, dan Karaen Sanre Daeng Nyikko sebagai Raja Binamu ke-17.

Sejak makam itu diresmikan menjadi cagar budaya atau situs bersejarah, banyak pengunjung yang datang berziarah. Mereka bukan hanya berasal dari sekitar Jeneponto, tapi beberapa bahkan berasal dari mancanegara.

Tak hanya berwisata, beberapa pengunjung yang datang juga bertujuan melakukan penelitian sejarah, sebagian lainnya datang untuk berziarah dengan tujuan tertentu.

Para pengunjung yang datang seolah tak mempedulikan jarak Kabupaten Jeneponto yang cukup jauh dari Ibu Kota Sulawesi Selatan, Makassar, yakni sekitar 90 kilometer atau sekitar tiga jam perjalanan.

Untuk tiba di Kabupaten Jeneponto yang merupakan salah satu daerah produsen garam tersebut, para pengunjung harus melewati dua kabupaten lain, yaitu Kabupaten Gowa yang bersebelahan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Takalar.

Sebelum tiba di pusat Kota Jeneponto, pengunjung bisa melihat gundukan putih butir-butir garam di sebelah kanan jalan. Belasan bahkan puluhan warung penjual garam berjejer di sekitar tambak garam tersebut.

Selain mengunjungi situs cagar budaya Kompleks Pemakaman Raja-raja Binamu, para pengunjung juga bisa mencicipi kuliner khas Jeneponto, berupa coto kuda maupun masakan berkuah berbahan daging kuda lainnya, gantala jarang.

Warung atau rumah makan yang menyediakan coto kuda maupun gantala jarang, cukup mudah ditemui di sepanjang jalan utama Kabupaten Jeneponto.

Di Jeneponto, kuliner dari daging kuda juga menjadi salah satu kegemaran para bangsawan. Mereka menyajikannya saat acara pernikahan maupun acara-acara penting lainnya.

Menyajikan kuliner berbahan daging kuda merupakan penghormatan khusus dari tuan rumah untuk tamunya.

Selain kuliner berbahan daging kuda, Kabupaten Jeneponto juga dikenal dengan minuman khasnya, berupa tuak manis hasil fermentasi buah talak, yang disebut ballo te'ne. Tapi jika terlalu lama disimpan, ballo te'ne akan menjadi minuman keras yang memabukkan. []

Baca cerita lain:

Berita terkait
Kisah Inspiratif 2 Jurnalis Yogyakarta
Dua jurnalis inspiratif di Yogyakarta, Hendy Kurniawan dan Boy T Harjanto. Apa yang mereka lakukan untuk kehidupan mengundang rasa haru.
Anjing Pitbull Penjaga Bayi Bernama Alhamdulillah Rejeki Hari Ini
Bayi berusia 5 bulan di Bantul itu viral karena diberi nama Alhamdulillah Rejeki Hari Ini. Dan ia mempunyai penjaga spesial, seekor anjing Pitbull.
Saat Terakhir Gus Sholah di Ponpes Tebuireng
Lantunan ayat-ayat suci Alquran menggema di seluruh sudut Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, pada saat penghormatan terakhir untuk Gus Sholah.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.