Sejarah Mistis Nasi Pocong Sumenep

Secara tampilan, tak ada yang istimewa. Tetapi warung Nasi Pocong digemari warga Sumenep, Madu
Ibu Basta pemilik kuliner nasi pocong tampak sibuk melayani pembeli di warungnya di Dusun Garantong, Desa Batang-Batang Daja, Kecamatan Batang-Batang. (Foto: Tagar/Nurus Solehen)

Sumenep -  Mendengar nama kuliner Nasi Pocong di Sumenep, Jawa Timur, membuat masyarakat penasaran. Terutama dari resep makanan hingga timbulnya sebuah nama mistis.

Perintis Nasi Pocong adalah Basta 60 tahun, warga Dusun Garantong, Desa Batang-Batang Daja, Kecamatan Batang-Batang, Sumenep. Meski Nasi Pocong digemari masyarakat Sumenep, ternyata warung kuliner ini hanya buka buka dua kali dalam seminggu, yakni Rabu dan Minggu mulai pukul 16.00 - 23.59 WIB.

Untuk mencicipi Nasi Pocong, masyarakat tak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Basta hanya menjual Nasi Pocong dengan harga terjangkau yakni Rp 5 ribu per bungkus. Selain dibungkus, nasi juga bisa dimakan di tempat. Uniknya nasi dibungkus menggunakan daun pohon jati.

Saking larisnya, nasi ini sering dipesan dengan jumlah banyak porsi oleh pembeli dari luar. Meski itu hanya untuk makan keluarga. Habis terjualnya nasi tidak menentu bergantung situasi, tapi selama nasi masih ada berakhir sampai pukul 23.59 WIB.

Kuliner ini sebenarnya hanya usaha kecil yang tidak jauh berbeda dengan usaha nasi pada umumnya. Hanya nama dibikin unik karena kemistikannya amat begitu sarat.

"Tidak apa-apa, yang penting laris," kata Basta sambil melayani pelanggan, ketika disindir soal nama yang seolah kurang elok didengar.

Saking larisnya, nasi ini sering dipesan dengan jumlah banyak porsi oleh pembeli dari luar. Meski itu hanya untuk makan keluarga. Habis terjualnya nasi tidak menentu bergantung situasi, tapi selama nasi masih ada berakhir sampai pukul 23.59 WIB.

Semula nasi dagangan Basta ini disebut 'Nasi Basta' atau nasi Ibu Basta. Nama itu dipopulerkan karena nasi hanya menu menggunakan kecambah, ampas kelapa, kacang bacang, dan bayam. Menu tambahan ada telur dadar dan gorengan.

Kuliner ini sebenarnya hanya usaha kecil yang tidak jauh berbeda dengan usaha nasi pada umumnya. Hanya nama dibikin unik karena kemistikannya amat begitu sarat.

Pengakuan pemilik kuliner, nama itu lahir setelah muncul peristiwa menghebohkan yakni adanya penampakan makhluk halus berupa hantu pocong yang tengah mengganggu pembeli.

"Tidak apa-apa, yang penting laris," kata Basta sambil melayani pelanggan, ketika disindir soal nama yang seolah kurang elok didengar. Jawaban itu ditegaskan bahwa istilah nama 'Pocong' tidak berhubungan dengan pemasaran dagangan.

Nasi Pocong SumenepNasi pocong berbungkus daun pohon jati dagangan Ibu Basta bermenu lengkap telur dadar dan gorengan. (Foto: Tagar/Nurus Solehen)

Lahirnya Istilah Nasi Pocong

Pemilik nasi pocong Basta mengatakan, usaha dagangannya diberi nama nasi pocong timbul setelah dikabarkan adanya sebuah penampakan di tempat keramat yang mengganggu pembeli.

Isu ini sedikit kurang direspons baik. Sebab pihak pemilik kuliner belum tahu apa sebenarnya yang terjadi pada pembeli alias pelanggannya.

Ceritanya, pada tengah malam ada konsumen membeli nasi untuk dibungkus. Kala itu, arah menuju kuliner ini melewati jalan setapak yang bersebelahan dengan kuburan.

Di jalan tersebut, tidak ada lampu penerangan. Meski berada di akses jalan raya, namun pintasan jalan sedikit mengkhawatirkan. Terlebih bagi konsumen baru.

Lanjut cetita, ketika pembeli tersebut pulang, setiba di kuburan nampak sebuah makhluk halus menyerupai pocong mengusiknya hingga pembeli melarikan diri dalam kondisi panik ketakutan.

"Tapi itu hanya cerita dari mulut ke mulut. Sebab selama jualan nasi, saya terkadang tidak sadar kenapa dan sejak kapan nasi jualan saya dikasih nama nasi pocong," kata Basta, Sabtu 4 Januari 2020.

Basta tidak ambil pusing dengan nama yang sedikit usil tersebut. Terkadang banyak pelanggan baru yang datang hanya karena rasa penasaran. Kemudian resep makanan yang disajikan hingga sebagian membuat publik heboh.

Hal senada juga disampaikan tokoh masyarakat Desa Batang-Batang Daja, Iksono. Pria berstatus guru tersebut merespons hadirnya nama nasi pocong tentu dilatarbelakangi sebuah hal hingga nama itu menjadi familier.

"Informasi mistisnya konon memang ada pembeli ketika pulang diganggu pocong. Waktu itu, peristiwa ini mendadak jadi perbincangan masyarakat, jika pembeli nasi Ibu Basta diusik pocong," tutur Iksono.

Nasi PocongWarga melintas di kompleks pemakaman \'Buju Agung Ansa\', konon di kuburan ini pembeli nasi Ibu Basti dihebohkan dengan penampakan hantu pocong. (Foto: Tagar/Nurus Solehen)

Makam Turunan Raja

Kuburan yang berada di sekitar kuliner nasi pocong, berada di pinggir jalan raya pada sisi timur. Sementara di sebelah barat jalan, Balai Desa Batang-Batang Daja. Jalan ini merupakan akses jalan menuju Pantai Wisata Lombang.

Tokoh masyarakat Iksono menyampaikan, peristiwa mistis yang terjadi di tempat keramat tersebut, boleh dibenarkan atau tidak. Terpenting, nasi pocong milik Ibu Basta membantu mengenalkan ikon nama desa kepada khalayak umum.

Menurutnya, kuburan yang diisukan ada penampakan pocong, petuah pertama di makam tersebut bersilsilah turunan seorang raja, yakni Ki Ageng Jaka Tarub. Kumpulam leluhur di makam tersebut diberi nama 'Buju Agung Ensa'.

Namun dalam banyak literatur, makam Ki Ageng Jaka Tarub tidak terpaku pada satu tempat. Melainkan di setiap daerah makam nama Jaka Tarub hampir melegenda. Terlebih hanya di empat kabupaten di Pulau Madura.

Dalam ceritanya, Jaka Tarub dikenal sebagai panglima yang dikenal menikah dengan seorang bidadari Nawang Wulan dari kayangan dan memiliki anak bernama Nawang Sari.

Biasanya makam yang memiliki hubungan leluhur dengan Jaka Tarub, ada peninggalan sejarah berupa musala kecil atau langgar. Akan tetapi perihal sejarah ini belum bisa dipastikan kebenarannya.

"Kompleksnya memang kecil. Tapi ini kuburan sudah banyak dikenal. Sebelum dibangun jalan baru, pembeli memang lewat jalan di tengah makam. Makanya dengan kabar adanya penampakan, karena jalan ke warung Ibu Basta dulu lewat tengah kuburan," paparnya.

Sekarang, setapak jalan tersebut sudah ditutup. Masyarakat yang hendak ingin membeli nasi ini harus beralih ke utara dari kuburan. Lokasi warung nasi pocong, lurus ke timur dengan jarak kurang lebih 100 meter.

Nasi Pocong SumenepKepala Desa Batang-Batang Daja Siti Naisa saat dimintai keterangan seputar kuliner nasi pocong milik warganya. (Foto: Tagar/Nurus Solehen)

Bertahan Puluhan Tahun

Usaha nasi pocong milik Ibu Basta kurang lebih sudah berusia 19 tahun. Di awal mula merintis tahun 1990. Ukuran lamanya usaha ditunjukkan Basta sudah punya cucu dua.

"Sudah puluhan tahun. Tahunnya sudah lupa, kisaran 90-an. Sekarang saya tua, sudah punya cucu dua," ucapnya.

Ia menjelaskan, dalam seminggu nasi dagangannya hanya buka dua kali, yakni malam Rabu dan Minggu. Namun di awal mula merintis, warungnya dibuka setiap hari.

"Dulu setiap hari dibuka, sekarang hanya Rabu dan Minggu," tuturnya.

Untuk mendapatkan nasi pocong, Basta hanya memberi harga mulai Rp 3 - 5 ribu. Namun nasih pocong se harga Rp 3 ribu, cukup nasi dan kecambah tanpa telur dadar. Begitu sebaliknya nasi se harga Rp 5 ribu sudah dilengkapi dengan telur dadar dan gorengan.

Pelanggan setianya mulai dari masyarakat biasa hingga pejabat publik terutama dari aparat. Baik dari pihak kepolisian maupun TNI. Pembeli lain juga datang dari wilayah sekitar, seperti warga Kecamatan Dungkek, Gapura, Batuputih, Dasuk, Ambuten, dan Pasongsongan.

Syaiful Bahri pembeli nasi pocong mengatakan, mendengar istilah nasi pocong yang timbul dibenaknya adalah tentang menu dan resep makanan. Mulai dari cara buatnya hingga latar belakang timbulnya sebuah nama.

"Saya pikir nasi pocong itu dibungkus dengan cara kemasan unik sebagaimana misalkan kayak hantu pocong," tutur Syaiful.

Syaiful merupakan warga Kecamatan Pasean, Kabupaten Pamekasan. Sejak dulu, ia penasaran dengan kuliner nasi pocong setelah sebelumnya menaruh keinginan bagaimana dirinya agar bisa sampai ke lokasi nasi tersebut.

"Di kira nasi pocong ini bukanya tiap hari, ternyata hanya malam Rabu dan Minggu. Tanya sama tetangga dan teman kalau bukan pada dua malam itu, tidak ada. Akhirnya saya harus balik pulang," ucapnya.

Baginya, nasi pocong bagian dari kuliner makanan masyarakat yang sebenarnya itu bisa jadi makanan se hari-hari. Bahkan masyarakat jika enggan bermenu nasi laut maka racikan lauk pauk tersebut jadi alternatifnya.

"Ini makanan sehari-hari masyarakat, tapi umumnya kalau nasi seperti nasi pocong ini kadang dibuat pada acara hajatan," ujarnya.

Hajatan tersebut bisa berupa tahlilan, ngaji rokat atau sarwaan, dan acara tertentu lainnya di Madura. Selain racikan menunya yang mudah, kuliner ini sebenarnya juga dinikmati oleh kebanyakan kaum petani.

Dukungan Kepala Desa

Kepala Desa Batang-Batang Daja Siti Naisa menanggapi kuliner unik yang digagas warganya tersebut. Diakui, kuliner nasi pocong sebenarnya sudah ada sejak lama. Hanya belakangan publik sebagian ada yang baru menjangkau.

Siti sedikit mengetahui sejarah asal muasal istilah nama mistis itu hingga menyandang ke sebuah kuliner makanan. Seperti yang disampaikan tokoh masyarakat dan pemilik kuliner, asumsinya tidak jauh berbeda.

Sepengetahuan Siti, nasi pocong tersebut diawal-awal dirintis Ibu Basta, dibuka setiap hari. Tepat jamnya mulai sore sampai malam. Diubah hanya dua kali dalam seminggu, itu mengikuti hari pasaran Pasar Batang-Batang, hari Selasa dan Sabtu. Akan tetapi pasar ini sudah tidak begitu aktif.

Siti menyambut baik hadirnya kuliner akibat namanya yang unit tersebut. Berharap usaha kreatif lain yang ada pada diri warganya segera terkuak ke publik. Dengan demikian, potensi ekonomi kreatif dapat membantu untuk memajukan desa. []

Berita terkait
Perjalanan Penuh Misteri Sang Pengendara di Bantaeng
Cakir, seorang petualang di Bantaeng. Ia suka melakukan perjalanan jauh dengan motor. Perjalanan yang diliputi pengalaman-pengalaman ganjil.
Kerajaan Tuyul di Gunung Suru Sleman
Bukit itu tak terlalu tinggi namun jalan setapak menuju puncak cukup curam. Warga mengenalnya sebagai Gunung Suru lokasi kerajaan tuyul di Sleman.
Rekam Jejak Raja Keraton Agung Sejagat di Purworejo
Parade bregada Keraton Agung Sejagat di Purworejo viral. Masyarakat resah. Kemudian raja dan permaisurinya ditangkap. Siapa sosok raja itu?
0
Massa SPK Minta Anies dan Bank DKI Diperiksa Soal Formula E
Mereka menggelar aksi teaterikal dengan menyeret pelaku korupsi bertopeng tikus dan difasilitasi karpet merah didepan KPK.