Kuwait - Sheikh Nawaf al-Ahmad al-Jaber al-Sabah dilantik sebagai emir baru Kuwait, 30 September 2020, menyusul kematian saudara satu ayahnya, Sheikh Sabah al-Ahmad al-Jaber al-Sabah, sehari sebelumnya.
Pada usianya yang 83 tahun, Sheikh Nawaf diperkirakan tidak akan mengubah jalur diplomasi yang dibangun pendahulunya dengan negara-negara lain. Namun, setelah Sheikh Nawaf dilantik, kini muncul pertanyaan: siapa yang akan menjadi putra mahkota berikutnya di negara kaya minyak itu?
Jenazah Sheikh Sabah diterbangkan ke Kuwait, 30 September 2020, dari Rochester, Minnesota, AS. Di sini Sheikh Sabah menjalani operasi dan dirawat secara medis di Klinik Mayo, terkait dengan penyakit akibat wabah virus corona. Menurut kantor berita pemerintah Kuwait, KUNA, upacara pemakamannya akan berlangsung sederhana dan hanya dihadiri keluarga.

Ungkapan perasaan kehilangan dan penghormatan yang mendalam terhadap Sheikh Sabah tercermin dari pesan-pesan duka cita yang disampaikan dari negara-negara yang pernah berselisih dengan Kuwait, mulai dari Arab Saudi hingga Iran. Sheikh Sabah dikenal sebagai seorang yang pandai berdiplomasi dan pejuang perdamaian.
Kuwait menetapkan masa berkabung selama 40 hari untuk mengenang kehidupan dan kematian Sheikh Sabah, yang tutup usia pada umur 91 tahun.
Sheikh Nawaf dilantik sebagai penguasa baru Kuwait di parlemen. Ia mengenakan jubah tradisional berwarna putih dan masker saat acara tersebut. Ia membungkuk dan kemudian menyentuhkan tangan ke kepalanya sebagai tanda penghormatan. Dengan suara rendah, ia kemudian menyampaikan pidato yang isinya penghormatan terhadap kakaknya dan janji untuk memelihara keamanan Kuwait.
Sheikh Nawaf memiliki karier politik yang terbentang mulai dari menteri dalam negeri hingga menteri pertahanan sejak 1991, waktu itu pasukan AS dan sekutu-sekutunya menginvasi Kuwait (voaindonesia.com/ab/uh). []