Jakarta - Film dokumenter Sejauh Kumelangkah mendadak menjadi sorotan publik setelah sang sutradara, Ucu Agustin, melayangkan somasi ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), PT Telkom Indonesia (Telkom) dan TVRI terkait dugaan pelanggaran hak cipta penayangan film dalam program Belajar dari Rumah (BDR). Lantas seperti apa cerita tayangan tersebut?
Film dokumenter Sejauh Kumelangkah mengangkat kisah seorang anak tunanetra yang memiliki niat bersekolah dengan segala keterbatasan. Film yang dirilis pada 6 September 2019 silam ini rupanya mampu membius para penikmat film.
Hal itu terbukti setelah film dokumenter tersebut berhasil memenangkan Piala Citra untuk Film Dokumenter Pendek Terbaik tahun 2019. Tayangan ini dipersembahkan untuk perayaan Pekan Budaya Difabel 2019.
Kabarnya, film ini akan dibuat versi panjangnya dengan judul Menggapai Bintang yang ditargetkan rampung pada Agustus hingga September 2020. Meski hingga, kini belum ada informasi soal jadwal penayangan film versi panjang tersebut.
Poster film dokumenter Sejauh Kumelangkah. (Foto: Istimewa)
Film dokumenter Sejauh Kumelangkah mengisahkan persahabatan dua tunanetra yang tinggal di dua negara yang berbeda. Dea di Virginia, Amerika Serikat, dan Salsa di Jakarta, Indonesia.
Digambarkan dalam film, Salsa memilih hidup di asrama dengan peraturan yang serba ketat, agar dia bisa melalukan segala sesuatu sendiri. Mulai dari merapikan tempat tidur sendiri, mencuci pakaian dengan mesin cuci, menyetrika, membersihkan kamar mandi, hingga makan sendiri.
Salsa memilih sekolah inklusi, di sana ia bertemu dengan Fatiyah, murid yang tuli dan tunawicara. Komunikasi di antara mereka berjalan dengan lancar melalui media sosial WhatsApp.
Klimaks cerita mulai memainkan perasaan penonton saat kehadiran Fatiyah yang setia mendampingi temannya di tengah kekurangan masing-masing.
Apalagi ketika Salsa yang pandai Matematika harus menghadapi keterbatasan fasilitas sekolahnya tidak menyediakan buku pelajaran Braille. Bahkan, masuk kelas pun Salsa harus naik turun tangga sendiri yang terkadang dipandu oleh Fatiyah.
Dari sisi yang lain, Ucu menghadirkan tokoh Dea yang segala sesuatunya telah disediakan dan aksesibel bagi difabel. Ia didukung penuh oleh keluarga, begitu juga sekolahnya.
Sebagai seorang tunanetra, Dea didampingi tiga orang guru. Untuk mengisi waktu di musim panas, ia mengikuti program berlatih menyetir mobil dan bermain flying fox.
Ditayangkan dalam waktu yang singkat, Ucu ingin menyampaikan kepada para penonton kondisi lingkungan memaksa Salsa untuk belajar segala sesuatu.
- Baca juga: Stefan William dan Daftar Pemain Sinetron Anak Band
- Baca juga: Imperfect dan 11 Judul Film Lolos Seleksi di Ajang FFI 2020
Nilai paling menonjol dari film dokumenter Sejauh Kumelangkah ini adalah bahwa di tengah keterbatasan, Salsa punya kemauan untuk belajar di sekolah inklusi. []