Jakarta – Sri Lanka, Senin, 27 Desember 2021, mengumumkan penutupan tiga misi diplomatik luar negeri dalam upaya menyelamatkan cadangan mata uang asing. Langkah itu dilakukan karena bank sentral negara itu menerapkan kontrol yang lebih ketat pada dolar yang diperlukan untuk membiayai impor penting.
Komisi Tinggi (Kedubes) Sri Lanka di Nigeria dan konsulat di Jerman dan Siprus akan ditutup mulai Januari 2022 mendatang sebagai bagian dari restrukturisasi, seperti dikatakan oleh pejabat kementerian luar negeri.
"Restrukturisasi dilakukan dengan tujuan menghemat cadangan devisa negara yang sangat dibutuhkan dan membatasi pengeluaran terkait dengan pembiayaan misi Sri Lanka di luar negeri," sebut kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
Ekonomi yang bergantung pada pariwisata pulau itu dihantam oleh pandemi dan pemerintah pada Maret tahun lalu memberlakukan larangan impor yang luas untuk menopang cadangan devisa, dan akibatnya memicu kekurangan komoditas penting seperti bahan bakar dan gula.

Penutupan tiga misi itu terjadi pada hari yang sama Bank Sentral Sri Lanka memperketat pembatasan pengiriman dalam bentuk mata uang asing yang diterima oleh penduduk setempat.
Bank Sentral memerintahkan bank-bank komersial menyerahkan seperempat dari pendapatan dolar mereka kepada pemerintah, naik dari 10%.
Ini berarti sejumlah bank akan memiliki lebih sedikit dolar untuk diberikan kepada pebisnis swasta yang mengimpor komoditas penting.
Sri Lanka memiliki cadangan devisa hanya 1,58 miliar dolar AS pada akhir November 2021, turun dari 7,5 miliar dolar AS ketika Presiden Gotabaya Rajapaksa menjabat pada tahun 2019.
Bank sentral telah meminta mata uang asing -- bahkan uang receh dari warga yang kembali dari perjalanan luar negeri (mg/jm)/AFP/voaindonesia.com. []
Sri Lanka Bayar Utang dengan Teh
Sri Lanka Umumkan Darurat Krisis Ekonomi dan Pangan
Sri Lanka Kekurangan Pangan Karena Krisis Mata Uang
Akibat Resesi Sri Lanka Bergantung pada China dan India