Stok Obat HIV-AIDS di Jawa Timur Menipis

Berdasarkan data dari Sistem Informasi HIV/AIDS (SIHA), pasien HIV baru di Jatim pada 2019 lalu sebanyak 9.981 ODHA.
Kepala Dinkes Jatim, Herlin Ferlina. (Foto: Dokumen Tagar/Adi Suprayitno)

Surabaya - Ketersediaan obat antiretroviral (ARV) untuk terapi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Jawa Timur nampaknya tak sebanding dengan terinfeksi. Mengingat stok obat ARV saat ini menipis.

Berdasarkan data dari Sistem Informasi HIV/AIDS (SIHA), pasien HIV baru di Jatim pada 2019 lalu sebanyak 9.981 ODHA. Jumlah ini lebih banyak dari 2018 yakni 8.930 pasien baru.

Stok obat ARV jenis FDC (Fix Dose Combination) dan obat Efavirens mulai menipis

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur Herlin Ferliana membenarkan bahwa obat ARV menipis. Berdasarkan surat Kepala Dinkes Jatim nomor 443.24/1996/102.3/2020 tertanggal 10 Februari 2020, sudah meminta tambahan obat ARV sudah mulai habis ke Kemenkes RI. Hanya saja, hingga saat ini obat tersebut belum dikirim oleh pemerintah pusat.

"Stok obat ARV jenis FDC (Fix Dose Combination) dan obat Efavirens mulai menipis," ujar Herlin, di Surabaya, Senin 9 Maret 2020.

Menurutnya, saat ini ARV tersedia di instalasi farmasi Dinkes Jatim hanya 15 jenis yang terbagi dalam tiga kelompok. Diantaranya Fix Dose Combination (FDC) yang terdiri dari tenofovir, lamivudin, dan efavirenz. Kemudian obat Duviral yang punya dua kombinasi jenis zidofudin dan lamifudin. Sementara obat ARV jenis lepasan yang hanya memiliki satu jenis obat.

"Pemakaian obat ARV pada pasien harus menggunakan tiga kombinasi jenis obat itu. Namun obat ARV dalam kelompok FDC dan obat jenis Efavirenz 600 miligram menipis," tuturnya.

Sedangkan untuk stok obat lainnya seperti Tenofovir Disoproxyl Fumarate, Lamivudine, Nevirapine, dan jenis obat Duviral masih aman.

"Stok untuk jenis-jenis itu aman sampai enam bulan ke depan di seluruh kabupaten/kota di Jatim," katanya.

Pemberian obat ketiga jenis pada penderita HIV/AIDS harus komplit. Maka Dinkes Jatim terus berkordinasi dengan pemerintah pusat agar pasokan obat ditambah.

Dalam setahun Dinkes membutuhkan 18.131 obat untuk penderita ODHA setiap bulan, yang nilainya setara Rp9 miliar. Namun pemenuhan obat program seperti Obat ARV menjadi wewenang pemerintah pusat.

Ibat ARV berfungsi menekan jumlah virus dalam darah pasien HIV sehingga kerusakan sistem kekebalan tubuh dapat dihambat, tidak sampai menjadi AIDS, dan tidak terjadi kematian.

Dengan terapi ARV pasien dengan HIV bisa kembali beraktifitas secara normal dan kualitas kesehatannya bisa meningkat. Untuk diketahui,penemuan pasien dengan HIV/AIDS di Jatim mulai 1989 silam sampai Desember 2019 lalu sebanyak 70.482 ODHA atau 104 persen dari estimasi 67.658 ODHA. []

Berita terkait
Kemkominfo Deteksi 177 Hoaks Virus Corona
Kemkominfo telah menemukan 177 hoaks terkait virus corona (COVID-19), lima di antaranya sudah dibawa ke ranah hukum.
Tes HIV Penting untuk Kaum Perempuan
Tes HIV masih diselimuti stigma (cap buruk) sehingga banyak orang, terutama perempuan, enggan tes HIV, akibatnya banyak tidak tahu status HIV-nya
Mengenal Prinsip Penularan HIV dan AIDS dengan Benar
Masyarakat harus mengenali penularan HIV/AIDS dengan benar melalui empat prinsip, yaitu Exit, Survive, Sufficient, dan Enter (ESSE).
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.