Jakarta - Salah satu poin penting dalam visi misi Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah menjaga Pancasila dari ancaman radikalisme. Tanggung jawab itu tentunya diemban Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Dalam penerapannya, BNPT yang dpimpin oleh Komjen Suhardi Alius kini dihadapkan kepada wacana pemulangan WNI eks simpatisan ISIS ke Tanah Air.
Suhardi menjelaskan eks ISIS yang mengaku WNI itu datang dari tukar informasi antar-intelijen internasional. Jumlahnya diduga 600 WNI. Mereka berada di tiga camp di Suriah, yaitu Al Roj, Al Hol, dan Ainisa.
"Kami kerja sama sama dunia, secara regional, global, regional juga kami buat seperti ASEAN, nah ada juga bilateral," kata Suhardi saat jumpa pers di Gedung Kementerian BUMN, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat, 7 Februari 2020.
Mengenal Komjen Suhardi, dia merupakan lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1985. Selepas Akpol, Suhardi memulai pengabdiannya di Polri dengan menjabat Wakil Kepala Satuan (Wakasat) Samapta Bhayangkara (Sabhara) Polres Bandung, Polda Jawa Barat mulai 1986.

Dia kemudian dimutasi menjadi Kepala Pusat Komando Pengendalian (Kapuskodal) Ops Polres Tapanuli Selatan, Polda Sumatra Utara pada 1992, selanjutnya menjabat Penyidik Utama Dit II/Ekonomi & Khusus Bareskrim Polri pada 2004.
Pria kelahiran Jakarta itu dikenal gemar 'kluyuran' untuk memonitor kinerja anak buahnya. Kariernya kemudian melesat ketika dipercaya menjabat sebagai Kapolres Metro Jakarta Barat pada 2004. Kemudian pada 2005, Suhardi dipromosikan sebagai Direskrimum Polda Metro Jaya.
Empat tahun kemudian, dia dipercaya untuk mengemban dua tugas sekaligus yakni, Dir V/Tipiter Bareskrim Polri dan Dir Minwa PTIK Lemdiklat Polri. Selanjutnya, Tahun 2011, suami Riri Suhardi ini kembali dipromosikan sebagai Wakapolda Metro Jaya dan Kadiv Humas Mabes Polri pada 2012.
Beberapa tahun terakhir sebelum resmi memimpin BNPT pada 2016, dia pernah ditugaskan sebagai Kapolda Jawa Barat pada 2013, Kabareskrim Polri pada 2013, dan terakhir sebagai Sekretaris Utama Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) pada 2015.
Atas pengabdiannya, Suhardi pernah beberapa kali menerima tanda kehormatan seperti, Bintang Bhayangkara Nararya, Bintang Bhayangkara Pratama, hingga Bintang Dharma.
Dia juga memiliki perhatian terhadap kalangan muda terkait penanggulangan ideologi radikal terorisme. Suhardi beberapa kali mengadakan kuliah umum bertemakan Resonansi Wawasan Kebangsaan dan Bahaya Tentang Radikalisme dan Terorisme untuk mashasiswa di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia.
Akibat dedikasinya kepada anak muda, Suhardi diganjar penghargaan oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) pada Kamis, 20 September 2018. Penghargaan MURI itu diberikan setelah Suhardi kerap memberikan kuliah umum terkait pencegahan terorisme dan radikalisme.
Sebagai pemangku kepentingan mengenai radikalisme dan terorisme dan pencegahannya terhadap generasi muda, Suhardi memafaatkan berbagai media ajar salah satunya melalui buku. Hingga saat ini, pria kelahiran 10 Mei 1962 itu telah menerbitkan 6 judul buku.
Adapun buku Suhardi berjudul Masa Depan Hutan Indonesia: Rumusan Komprehensif terhadap Pengelolaan Kawasan Hutan rilis pada 2011, Mengubah Pelayanan Polri dari Pimpinan Ke Bawahan rilis pada 2013, dan empat seri buku Catatan Suhardi Alius rilis pada 2019. []