Sultan Minta Polda DIY Fokus Antisipasi Intoleransi

Sultan menyadari Yogyakarta yang kompleks punya potensi koflik beda agama. Untuk itu Sultan minta kepolisian fokus mengantisipasi intoleransi.
Gubernur DIY, Sri Sultan HB X dalam pisah sambut Kapolda DIY di Kepatihan Yogyakarta berharap Polda DIY lebih fokus mengantisipasi intoleransi di Yogyakarta. (Foto: Tagar/Ratih Keswara)

Yogyakarta - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X menuntut Kapolda DIY yang baru Inspektur Jenderal Polisi Asep Suhendar beserta jajarannya lebih fokus pada upaya antisipasi intoleransi. Yogyakarta dengan segala keragamannya punya potensi konflik agama dan suku.

Raja Keraton Yogyakarta ini mengatakan kepolisian dan warga harus mewaspadai setiap gangguan dan ancaman yang terburuk. "Dengan adanya potensi ancaman itu, maka Polda DIY harus siap mengantisipasi dan meredam konflik agama yang bersumber dari sikap intoleransi terhadap perbedaan agama," ujar Sultan dalam pisah sambut Kapolda DIY di Bangsal Kepatihan, Yogyakarta, Rabu 18 Desember 2019 malam.

Sri Sultan mengakui potensi konflik di Yogyakarta relatif tinggi. Alasannya Yogyakarta bisa diibaratkan sebagai gambaran Indonesia mini yang memiliki kemajemukan suku dan agama. 

Banyak warga pendatang dan mahasiswa berbagai suku di Indonesia datang ke Yogyakarta. "Dengan kesiapan Polda DIY meredam konflik, harapannya iklim persaudaraan di wilayah DIY tetap terpelihara," katanya.

Maka Polda DIY harus siap mengantisipasi dan meredam konflik agama yang bersumber dari sikap intoleransi terhadap perbedaan agama.

Di sisi lain, Suami GKR Hemas ini mengatakan, kondisi masyarakat saat ini yang selalu mengharapkan multi dimensi kualitas pelayanan yang unggul, efektif dan efisien. Hal ini seiring dengan makin pesatnya perkembangan di era globalisasi, di mana kejahatan pun kian canggih.

"Apalagi saat ini dan ke depan, Polri dihadapkan pada gangguan Kamtibmas yang kian kompleks pada kejahatan trans-nasional," katanya.

Menurut Sri Sultan, periodisasi pelayanan kepolisian kurun waktu 2016-2025 ialah tahap berusaha untuk keunggulan. Untuk itu pantas jika pendekatan yang dilakukan ialah kecepatan bertindak, peningkatan kualitas di setiap proses, serta mengejar kinerja jangka pendek dan stabilitas jangka panjang.

Konsekuensinya, kata Sulta, diperlukan perubahan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) operasionalisasi Polri di lapangan. Polri harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai aparat penegak hukum dan pelaksana tugas pengayom, pelindung, dan pelayan masyarakat.

Kapolda DIY, Inspektur Jenderal Polisi Asep Suhendar menyadari betul Yogyakarta yang kompleks. Namun di sisi lain, Yogyakarta juga masih kental budaya mengedepankan perdamaian dibandingkan represif dalam penyelesaian masalah. Untuk itu, ia berharap bisa menjalankan tugas dengan baik ke depan.

Menurut dia, koordinasi dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) di Yogyakarta sangat diperlukan. "Utamanya dalam menghadapi tantangan ke depan di Yogyakarta, yang mungkin akan semakin kompleks. Sinergi yang baik sejak awal kami harapkan bisa dilakukan," ujarnya. []

Baca Juga:

Berita terkait
Polisi Seragam Lengkap Geledah Rumah di Yogyakarta
Sebuah rumah di wilayah Kecamatan Kraton, Yogyakarta digeledah oleh polisi berseragam lengkap. Polisi belum memberikan keterangan mengenai hal itu.
Dana Keistimewaan Yogyakarta Layak Jadi Percontohan
Danais untuk Yogyakarta dianggap sebagai permodelan yang tepat. Anggaran yang dikucurkan pusat ini berpeluang meningkatkan kesejahteraan rayat.
Keraton Yogyakarta Setelah Meja Sultan HB VIII Rusak
Keraton Yogyakarta tidak melarang wisatawan selfie atau memotret usai kejadian meja Sultan HB VIII rusak akibat ulah wisatawan yang sedang selfie.