Survei UNDP Tunjukkan Warga Inginkan Kebijakan Iklim yang Lebih Berani

"Ada mayoritas besar yaitu 80% orang ingin negara-negara memperkuat komitmen mereka terhadap krisis iklim," ujar Flynn
Seorang pria di Veracruz, Meksiko, tampak mengisi air ke sejumlah bak besar di tengah krisis air yang melanda wilayah tersebut pada 16/6/2024. (Foto: voaindonesia.com/AP/Felix Marquez)

TAGAR.id – Kepala Urusan Perubahan Iklim di Program Pembangunan PBB (UNDP), Cassie Flynn, pada Kamis (20/6/2024) mengatakan orang-orang kini menyerukan kebijakan penanganan krisis iklim yang lebih berani.

Saat menerbitkan edisi kedua People's Climate Vote, jajak pendapat terbesar mengenai opini publik tentang aksi iklim global, Flynn mengatakan pesannya sangat jelas.

"Ada mayoritas besar yaitu 80% orang ingin negara-negara memperkuat komitmen mereka terhadap krisis iklim," ujar Flynn.

"Dan yang semakin mengejutkan adalah di saat kita melihat dan mengalami peningkatan polarisasi, peningkatan perpecahan terkait isu-isu seperti perdagangan dan keamanan, lebih dari 86% orang mengatakan mereka ingin negara-negara mengesampingkan perbedaan dan berkolaborasi dalam mengatasi krisis iklim," tambahnya.

The People’s Climate Vote adalah survei opini publik independen terbesar di dunia tentang perubahan iklim. Survei tersebut berfungsi sebagai platform bagi masyarakat untuk mengekspresikan keprihatinan dan kebutuhan mereka tentang perubahan iklim kepada para pemimpin dunia.

pekerja konstruksi minum di ArizonaFILE - Seorang pekerja konstruksi minum minuman dingin saat gelombang panas mencapai lebih dari 110 derajat Fahrenheit di Scottsdale, Arizona, AS, 28/7/2023. Sebuah studi baru mengatakan perubahan iklim akan memangkas pendapatan dan juga berdampak pada produktivitas pekerja. (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Insiatif UNDP dan University of Oxford itu diluncurkan pada tahun 2021 dengan jajak pendapat pertama yang mensurvei orang di 50 negara melalui iklan di aplikasi game seluler yang populer.

Survei tahun 2024 memiliki cakupan yang lebih luas lagi. Cakupannya tersebar pada 77 negara dan mewakili 87% populasi dunia, yang ditanya tentang pandangan mereka pada perubahan iklim.

Flynn mengatakan "jelas bahwa orang-orang di seluruh dunia, di tiap-tiap negara, merasakan krisis iklim."

"Secara global, lebih dari separuh orang mengatakan bahwa mereka memikirkan krisis iklim, baik setiap hari atau setiap minggu. Dua pertiganya mengatakan mereka membuat keputusan seputar kehidupan mereka, tempat tinggal, tempat kerja, dengan mempertimbangkan krisis iklim."

"Tujuan kami, sekali lagi, adalah untuk benar-benar membawa suara masyarakat ke dalam debat ini, untuk menunjukkan kepada para pemimpin dunia bahwa masyarakat bersatu meskipun mereka memiliki perbedaan dalam banyak hal di seluruh dunia," tambahnya.

"Dan kita berada di titik puncak dari beberapa keputusan besar mengenai krisis iklim di tingkat global, nasional, regional, dan subnasional. Merupakan hal yang sangat penting pada saat ini, para pemimpin dunia mendengarkan pesan persatuan ini," pungkas Flynn. (em/aa)/Associated Press/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Panas Ekstrem Jadi Pembunuh Terselubung Akibat Perubahan Iklim
Hampir 62.000 orang meninggal karena stres yang berhubungan dengan panas pada musim panas 2022 di Eropa saja